حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ أَخْبَرَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ أَخْبَرَنَا بَهْزُ بْنُ حَكِيمٍ حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ جَدِّي قَالَ :قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَبَرُّ قَالَ أُمَّكَ قَالَ قُلْتُ ثُمَّ مَنْ قَالَ أُمَّكَ قَالَ قُلْتُ ثُمَّ مَنْ قَالَ أُمَّكَ قَالَ قُلْتُ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أَبَاكَ ثُمَّ الْأَقْرَبَ فَالْأَقْرَبَ [سنن الترمذي : ١٨١٩]
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar, telah mengabarkan kepada kami Yahya bin Sa’id, telah mengabarkan kepada kami Bahz bin Hakim, telah menceritakan kepadaku bapakku dari kakekku ia berkata: Aku bertanya: “Wahai Rasulullah, siapakah yang lebih berhak aku perlakukan dengan baik?” beliau menjawab: “Ibumu.” Kutanyakan lagi: “Lalu siapa lagi?” beliau menjawab: “Ibumu.” Aku bertanya lagi: “Lalu siapa lagi?” beliau menjawab: “Ibumu.” Aku bertanya lagi: “Kemudian siapa lagi?” beliau menjawab: “Kemudian barulah bapakmu, kemudian kerabat yang paling terdekat yang terdekat.” [Sunan Tirmidzi : 1819]
Hai sobat literasi,
Dari hadis di atas kita diajarkan oleh Rasulullah sallahu ‘alaihi wasallam untuk berbakti kepada kedua orang tua yang biasa kita sebut birrul waalidaini. kata birrul walidain mungkin sudah tidak asing lagi di telinga kita, sudah banyak yang menjelaskan mengenai bakti kepada orang tua. Hadits tersebut juga menggambarkan kedudukan seorang ibu karena begitu besarnya jasa sang ibu yang harus diingat oleh seorang anak, sampai-sampai Rasulullah Saw menyebut ibu sampai tiga kali berulang-ulang dan kemudian baru menyebut bapak. Derajat kemuliaan orang tua yang harus didahulukan untuk dimuliakan adalah ibu, setelah ibu kemudian bapak. Tidak boleh seorang anak memutuskan hubungan dengan orang tuanya meskipun keduanya telah berpisah.
Terdapat sebuah cerita yang sangat populer dikalangan masyarakat tentang baktinya seorang pengembala unta yang fakir serta miskin yang tidak di kenal di dunia tapi sangat terkenal di akhirat yang berasal dari yaman. Siapakah orang itu? Mari kita simak cerita berikut :
Di Yaman, tinggallah seorang pemuda bernama Uwais Al Qarni yang berpenyakit sopak. Karena penyakit itu tubuhnya menjadi belang-belang. Walaupun cacat tapi ia adalah pemuda yang saleh dan sangat berbakti kepada ibunya, seorang perempuan wanita tua yang lumpuh. Uwais senantiasa merawat dan memenuhi semua permintaan ibunya. Hanya satu permintaan yang sulit ia kabulkan. “Anakku, mungkin Ibu tak lama lagi akan bersamamu. Ikhtiarkan agar ibu dapat mengerjakan haji,” pinta sang ibu. Mendengar ucapan sang ibu, Uwais termenung. Perjalanan ke Mekkah sangatlah jauh, melewati padang tandus yang panas. Orang-orang biasanya menggunakan unta dan membawa banyak perbekalan. Lantas bagaimana hal itu dilakukan Uwais yang sangat miskin dan tidak memiliki kendaraan? Uwais terus berpikir mencari jalan keluar. Kemudian, dibelilah seekor anak lembu, kira-kira untuk apa anak lembu itu? Tidak mungkin pergi haji naik lembu. Uwais membuatkan kandang di puncak bukit. Setiap pagi ia bolak-balik menggendong anak lembu itu naik turun bukit. “Uwais gila… Uwais gila..” kata orang-orang yang melihat tingkah laku Uwais. Ya, banyak orang yang menganggap aneh apa yang dilakukannya tersebut. Tak pernah ada hari yang terlewatkan ia menggendong lembu naik-turun bukit. Makin hari anak lembu itu makin besar, dan makin besar pula tenaga yang diperlukan Uwais. Tetapi karena latihan tiap hari, anak lembu yang membesar itu tak terasa lagi. Setelah 8 bulan berlalu, sampailah pada musim haji. Lembu Uwais telah mencapai 100 kilogram, begitu juga otot Uwais yang makin kuat. Ia menjadi bertenaga untuk mengangkat barang. Tahukah sekarang orang-orang, apa maksud Uwais menggendong lembu setiap hari? Ternyata ia sedang latihan untuk menggendong ibunya. Uwais menggendong Ibunya berjalan kaki dari Yaman ke Makkah! Subhanallah, alangkah besar cinta Uwais pada ibunya itu. Ia rela menempuh perjalanan jauh dan sulit, demi memenuhi keinginan ibunya. Uwais berjalan tegap menggendong ibunya wukuf di Ka’bah. Ibunya terharu dan bercucuran air mata telah melihat Baitullah. Di hadapan Ka’bah, ibu dan anak itu berdoa. “Ya Allah, ampuni semua dosa ibu,” kata Uwais. “Bagaimana dengan dosamu?” tanya sang Ibu keheranan. Uwais menjawab, “Dengan terampuninya dosa ibu, maka ibu akan masuk surga. Cukuplah ridha dari ibu yang akan membawaku ke surga.” Itulah keinginan Uwais yang tulus dan penuh cinta. Allah subhanahu wata’ala pun memberikan karunia untuknya.[1]
Subhanallah sangat luar biasa sekali baktinya seorang Uwais Al Qorni kepada ibunya yang harus kita contoh, dengan berbaktinya kita kepada orang tua maka kita pun akan dikenal oleh penghuni langit seperti halnya Uwais Al Qorni. Dalam kisah ini sangat banyak faidah yang kita dapat diantaranya:
Kisah Uwais menunjukkan mu’jizat yang benar-benar nampak dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dia adalah Uwais bin ‘Amir. Dia berasal dari Qabilah Murad, lalu dari Qarn. Qarn sendiri adalah bagian dari Murad[2]
Keadaan Uwais yang lebih senang tidak tenar menunjukkan akan keutamaan hidup terasing dari orang-orang.
Penilaian manusia biasa dari kehidupan dunia yang nampak. Sehingga mudah merendahkan orang lain. Sedangkan penilaian Allah adalah dari keadaan iman dan takwa dalam hati.
Mendo’akan orang tua yang masih hidup maupun yang sudah meninggal itu sangat di anjurkan sebagai bentuk bakti kita kepada kedua orang tua terutama ibu
Dan masih banyak lagi yang mungkin pembaca dapat ambil faidah dalam kisah ini.
Islam telah mengatur bagaimana seharusnya seorang anak bergaul dengan orang tuanya. “Salah satu perbuatan positif (amal shaleh) yang akan menyebabkan pelakunya masuk ke dalam surga dan menjauhkannya dari neraka adalah berbakti kepada kedua orang tua”. [3] Berbuat baik dan tidak jahat kepada keduanya baik dengan perkataan maupun perbuatan adalah jalan menuju surga, sedangkan berbuat buruk kepada keduanya adalah jalan menuju neraka. Itu semua merupakan wujud nyata ketentuan Islam untuk memposisikan kemulian dan tingginya kedudukan orang tua. Allah SWT berfirman dalam Al- Qur’an surah Al-Isra’/17: (23)
وَقَضَى رَبُّكَ أَلا تَعْبُدُوا إِلا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاهُمَا فَلا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلا كَرِيمًا (23)
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.”
Menurut Quraish Shihab di dalam tafsir Al-Mishbah kata ihsaana di dalam surat Al-Isra’ ayat 23 memiliki dua makna, yang pertama memberi nikmat kepada pihak lain dan kedua perbuatan baik. Oleh karena itu kata ihsan lebih luas dari sekedar memberi nikmat atau nafkah bahkan lebih tinggi dari makna adil, karena adil adalah memperlakukan orang lain sama dengan perlakuannya, sedangkan ihsan memperlakukannya lebih baik dari perlakuannya dan memberikan lebih banyak dari pada yang harus diberikan dan mengambil sedikit dari yang seharusnya diambil. (Shihab, 2022 : 442) Oleh karena itu, sikap seorang anak kepada orang tua adalah berbuat baik kepadanya, baik dengan perilaku terpuji maupun dengan perkataan yang mulia terhadap mereka berdua. Banyak cara untuk berbuat baik kepada kedua orang tua termasuk berbicara dengan ucapan yang mulia.
Kedudukan Birrul Walidain sangatlah agung sampai Rasulullah pun menyetarakan amalan ini dengan jihad di jalan Allah, yang kita tahu bahwa perjuangan di jalan Allah sungguh sangat luar biasa pahalanya, bahkan orang yang meninggal di medan jihad pun akan di kumpulkan bersama para syuhada di sisi Allah subhanahu wa ta’ala. kedudukan ini di jelaskan dalam hadits Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata:
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- يَسْتَأْذِنُهُ فِى الْجِهَادِ فَقَالَ « أَحَىٌّ وَالِدَاكَ ». قَالَ نَعَمْ. قَالَ « فَفِيهِمَا فَجَاهِدْ »
“Ada seseorang yang mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia ingin meminta izin untuk berjihad. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bertanya, ‘Apakah kedua orangtuamu masih hidup?’ Ia jawab, ‘Iya masih.’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, ‘Berjihadlah dengan berbakti kepada keduanya.’” (HR. Muslim)
Dalam konteks hadis di atas adalah sebuah gambaran yang dimana ketika kita berbakti kepada orang tua maka pahala yang akan kita dapat sama halnya seperti orang yang sedang bejihad di jalan Allah. Dan juga kedudukan birrul walidain lebih didahulukan dari pada amalan yang kedudukannya lebih rendah daripada jihad. Bahkan bila kita ingin bepergian untuk melaksanakan umrah pun maka berbakti kepada kedua orang tua lebih didahulukan, begitupuan amalan yang lebih rendah dari ini . Rasulullah Saw bersabda:
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنُ مَسْعُود رَضِيَ اللهُ عَنهُ قال: سَأَلْتُ رَسُوْلَ الله صلى الله عليه وسلم أَي الْعَمَلِ أحَب إِلَى الله ؟ قال : اَلصلاَةُ عَلَى وَقْتِهَا قُلْتُ : ثُم أَي ؟ قال: بِرّالْوَالِدَيْنِ، قُلْتُ : ثم أي ؟ الجِهَادُ فِي سَبِيْلِ الله (متفق عليه)
Dari Abdullah bin Mas’ud r.a berkata : Saya pernah bertanya kepada Rasulullah Saw, “Perbuatan apa yang paling disukai oleh Allah SWT?” Nabi menjawab, “Shalat tepat pada waktunya dan berbakti kepada kedua orang tua”, lalu aku kembali bertanya, “kemudian apalagi ya Rasulullah? Beliau menjawab, “Jihad fi sabilillah”. (H.R. Muttafaqun ‘Alaih(
Berbakti kepada kedua orang tua juga didahulukan dari pada keluar mencari ilmu, sekalipun ilmu yang dicari adalah ilmu agama, kecuali seseorang tidak meninggalkan atau membiarkan orang tuanya hidup sendiri. Maka dengan keadaan demikian mencari ilmu tidak boleh keluar karena meninggalkan orang tuanya. Sungguh benar jika sering dikatakan bahwa “kasih orang tua itu sepanjang masa, sementara kasih anak hanya sesaat saja”.[4] Ini bukan hanya sekedar sebuah pepatah yang tak berarti, tetapi sebuah kenyataan yang melukiskan betapa kasih sayang kedua orang tua tidak ada batasannya meskipun pengorbanan yang mereka keluarkan tak akan pernah bisa dibeli dengan materi. (Elisa, 2018 : 13) Bahkan kedudukan birrul walidain juga di jelaskan dalam Al-Qur’an, Allah Ta’ala Berfirman :
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin ….” (Q.S. An-Nisa : 36)
Suatu hal yang sangat luar biasa ketika kita meneliti ayat ini yang dimana dalam pengurutan ibadah kepada Allah, birrul walidain di tempatkan setelah tauhidullah “Berlaku hormat dan khidmat, cinta dan kasih. Inilah yang kedua sesudah taat kepada Allah, sebab dengan perantaraan kedua beliaulah Allah telah memberimu nikmat yang besar, yaitu sempat hidup di dalam dunia ini”.(Hamka, 2001 : 63) Hal ini menunjukkan betapa agungnya berbuat baik pada kedua orang tua. Sesuatu yang diurutkan dengan perintah bertauhid tentu hal itu sesuatu yang sangat penting.
Tujuan kita di dunia ini adalah untuk mencari keridhaan Allah, bukankah begitu? Dan pasti timbul pertanyaan di benak rekan-rekan semua, bagaimana kita tahu bahwa Allah ridha terhadap apa yang kita lakukan ? Rasulullah sallallahu alaihi wasallam telah mengabarkan kepada kita tentang hal itu sebagaimana dalam sebuah hadis di jelaskan
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «رِضَا اللَّهِ فِي رِضَا الْوَالِدَيْنِ، وَسَخَطُ اللَّهِ فِي سَخَطِ الْوَالِدَيْنِ» [الترغيب في فضائل الأعمال وثواب ذلك]
Dari Abdullah bin ’Umar, ia berkata: Rasulullah SAW telah bersabda : “Ridha Allah tergantung pada ridha orangtua dan murka Allah tergantung pada murka orangtua.”
Jika kedua orang tua meridhai anaknya dalam melakukan suatu dalam hidupnya maka Allah pun ridha terhadap apa yang dia lakukan, begitupun sebaliknya perbuatan buruk dan perilaku tercela seorang anak terhadap orang tuanya akan mendatangkan murka Allah atasnya. Sebagai sebuah perintah, taat kepada orang tua adalah sebuah ibadah yang menyimpan banyak pahala. Allah menyediakan surga bagi mereka yang mau berbakti kepada kedua orang tua dan Allah menyediakan tempat penyiksaan khusus yaitu neraka bagi mereka yang durhaka kepada orang tuanya, bukan itu saja kedurhakaan juga akan mengakibatkan kesengsaraan hidup ketika di dunia.
Terdapat sebuah kisah seorang pemuda yang sangat shaleh dan berbakti kepada ibuta tapi tatkala ia menikah dengan seorang istri idamannya dia melupakan orang tuanya dan mengutamakan istrinya. siapakah pemuda ini ? mari simak kisah berikut :
Al-Qamah ialah seorang yang shaleh dan berbakti kepada ibu dan bapaknya, ketika Al-Qamah dewasa ia menikahi seorang gadis untuk mendampingi hidupnya, akan tetapi kebahagiaan itu melupakan dirinya untuk berbakti kepada orang tuanya. Pada suatu hari Al-Qamah jatuh sakit, sakitnya sangat parah dan ajal mulai membayang di benaknya, kemudian istrinya diutus untuk menemui Rasulullah Saw dan mengabarkan kondisinya. Selanjutnya Rasulullah Saw mengutus Amar, Suaib dan Bilal untuk mentalkinkan Al-Qamah dengan kalimat laa ilaaaha illallaah. Ketika utusan datang, mulailah mereka mentalkinkan Al-Qamah, akan tetapi Al-Qamah tidak dapat menirunya, dan dicoba berulang kali akan tetapi Al-Qamah juga tidak dapat menirunya. Utusan Rasulullah Saw pun menghadap Rasulullah dan menceritakan apa yang sebenarnya telah terjadi, kemudian Rasulullah bertanya kepada utusannya: Apakah kedua orang tua Al-Qamah masih hidup?, mereka menjawab: Masih ya Rasulullah, Al-Qamah memiliki seorang ibu yang sudah tua. Akhirnya Rasulullah Saw mengutus sahabat untuk menyampaikan kepada ibu Al-Qamah bahwa ia dalam keadaan sakit yang sangat parah, dan tidak dapat membaca syahadat. Ibu Al-Qamahpun berkata: Tidak, aku tidak mau untuk menemui Al-Qamah, sampaikan kepada Rasulullah bahwa aku tidak mau menemuinya, sahabat Rasulullah terkejut ketika mendengar jawaban ibunya Al-Qamah, lalu merekapun kembali menghadap Rasulullah Saw. Ketika Rasulullah mendengar apa yang diberitakan oleh sahabatnya, Rasulullah pun mengutus kembali sahabatnya seraya berkata: Katakan kepada ibunya AlQamah bahwasanya kalau dia tidak menemui Al-Qamah maka dia akan dibakar hidup-hidup. Sahabat kembali kerumah ibunya Al- Qamah dan mengatakan apa yang dikatakan oleh Rasulullah, ibu Al-Qamah pun menangis seketika mendengar apa yang dikatakan oleh sahabat. Ibu Al-Qamah pun akhirnya mau menemui anaknya. Ketika ibu Al-Qamah sampai di hadapan Rasulullah Saw beliau mengatakan: Wahai Rasulullah Saw Al-Qamah merupakan seorang yang rajin shalat, puasa dan banyak bersedekah, akan tetapi aku benci kepadanya, dikarenakan ia lebih mengutamakan istrinya dibandingkan aku ibunya sendiri. Sungguh kebencian ibu Al- Qamah dapat menghambat lidah sehingga ia tidak dapat membaca syahadat. Rasulullah Saw bersabda: “Barangsiapa yang mengutamakan istrinya atas ibunya maka atasnya laknat Allah SWT, malaikatnya dan seluruh manusia.[5]
Kisah ini menunjukkan betapa ngerinya seseorang durhaka pada orang tuanya, lebih mengutamakan istrinya apalagi orang lain. Semoga kita dijauhkan dari sikap seperti ini.
Selanjutanya bagaimana kita tahu bahwa keridhaan Allah itu ada pada kedua orang tua sedangkan orang tua sudah meninggal dunia ? kita harus terus berbakti kepada orang tua meski mereka sudah meninggal dunia, dengan cara apa? Mari simak hadis berikut ini :
Dari Abu Usaid Malik bin Rabi’ah As-Sa’idi, ia berkata:
بَيْنَا نَحْنُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا جَاءَهُ رَجُلٌ مِنْ بَنِى سَلِمَةَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلْ بَقِىَ مِنْ بِرِّ أَبَوَىَّ شَىْءٌ أَبَرُّهُمَا بِهِ بَعْدَ مَوْتِهِمَا قَالَ « نَعَمِ الصَّلاَةُ عَلَيْهِمَا وَالاِسْتِغْفَارُ لَهُمَا وَإِنْفَاذُ عَهْدِهِمَا مِنْ بَعْدِهِمَا وَصِلَةُ الرَّحِمِ الَّتِى لاَ تُوصَلُ إِلاَّ بِهِمَا وَإِكْرَامُ صَدِيقِهِمَا ».
Artinya: “Suatu saat kami pernah berada di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika itu datang seseorang dari Bani Salimah, ia berkata, ‘Wahai Rasulullah, apakah masih ada bentuk berbakti kepada kedua orangtuaku ketika mereka telah meninggal dunia?’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Iya (masih tetap ada bentuk berbakti pada keduanya). (Bentuknya adalah) mendoakan keduanya, meminta ampun untuk keduanya, memenuhi janji mereka setelah meninggal dunia, menjalin hubungan silaturahim (kekerabatan) dengan keluarga kedua orangtua yang tidak pernah terjalin, dan memuliakan teman dekat keduanya’.” (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah)
Hadis ini menunjukkann bahwa tidak ada batas untuk terus melaksanakan Birrul Walidain karena ini adalah suatu amalan yang sangat luar biasa yang akan menghantarkan orang yang melaksankannya ke syurganya Allah subhanahu wa ta’ala maka dari itu marilah kita sama-sama berbakti kepada orang tua, pinta do’a darinya, jauhi apa yang tidak disukainya dan laksankaan apa yang di perintahnya selagi perintah itu baik baginya.
[1] https://islam.nu.or.id/hikmah/kisah-uwais-al-qarni-pemuda-istimewa-di-mata-rasulullah-4YCHR
[2] https://rumaysho.com/10538-kisah-uwais-al-qarni-dan-baktinya-pada-orang-tua.html
[3] Muhammad Ali Quthb, 30 Amal Shaleh Pembuka Pintu Surga, (Jakarta: Pustaka Al-Mawardi,2004),h. 189
[4] Syifa’ur Rahmah, Jalan-Jalan Menuju Surga Lorong- LorongMenuju Neraka,(Surabaya: Ikhtiar, 2010), h. 136-13
[5] Shalahuddin Hamid, Kisah-Kisah Islami, (Jakarta: Intimedia Cipta Nusantara,2003), h. 301-304.
ma sya Allah, lanjutkan sobatku
ma sya Allah, lanjutkan sobatku
dengan menulis kamu akan dikenal dunia, terus semangat jangan gampang menyerah, hasil tidka akan menkhianati proses
#hamasah45
baarakallahu fiik
dengan menulis kamu akan dikenal dunia, terus semangat jangan gampang menyerah, hasil tidka akan menkhianati proses
#hamasah45
Mantaap, kejar terus tujuanmu sobat.
Semoga tulisan ini menjadi awal kesuksesan mu
Mantap betul teruslah berkarya
Sobat
Mantap betul teruslah berkarya
Sobat
Masya allah
Maa Syaa Allah, Allahuakbar
Masyaallah…. Tabarakallah…
Masyaalloh.. ✨
Masyaalloh lancar terus..☺️
Masya Allah. Lanjutkan kawan. Jangan patah untuk terus belajar menulis… Semangatttt
Artikelnya Bagus banget. Mengingatkan kita kepada orang tua kita.
Untuk teman teman yang masih punya orang tua, tetaplah bahagiakan mereka.
Masya Allah.
Lanjutkan kawan. Jangan patah untuk terus belajar menulis… Semangatttt
Masya Allah.
Lanjutkan kawan. Jangan patah untuk terus belajar menulis… terus mencoba dan Semangatttt
Masyaallah, semangattt trus kawan, ini bukan akhir dari segala perjuangan, lanjukan karyamu
Masyaallah, semangattt trus untuk karyanya
Masyaallah, semangattt trus untuk karyanya
Ma sya Allah
Semangat fatur jangan berhenti menulis sampai disini terus kembangkan bakat literasimu
Masyaallah, sangat memotivasi, semangat terus
Semangat fatur jangan berhenti menulis sampai disini terus kembangkan bakat literasimu
Masyaallah, sangat memotivasi, gambate
MasyaAllah, hebat ka, semoga istiqomah untuk menulis, agar banyak pembaca yang awam terhadap sejarah terutama saya menjadi banyak tahu sejarah
MasyaaAllah
Tetap semangat kawan
Maasya Allah ,dengan adanya artikel ini mengingatkan kita akan terus berbakti kepada orang tua kita. Terus semangat teman dalam menulisnya, teruslah untuk menebar kebaikan.
Masyaallah, banyak ilmu baru yang saya dapat setelah membaca ini, ada kisah yang menginspirasi sekaligus menjadi pengingat bagi saya mengenai cara berbakti kepada orang tua terutama ibu, semangat terus dalam berkarya kang semoga tetap istiqamah.
Masya Alloh, saya sangat terharu dengan apa yang kamu tulis kawan. Cara penulisanmu,dan apa yang kamu tulis soal berbakti. semangat untuk kedepannya.^^
Masyaalloh
Maa syaa Allah wa tabarakallah…
Terus semangat ke depannya dan terus berkarya..
Mantap sobat tetep semangat, terus berkarya
Wow bagus
Barakallāh sangat bermanfaat sebagai motivasi bagi saya untuk lebih baik dalam berbakti kepada orang tua. Sukses terus buat penulis
Masyaallah, semngatt
Masyaallah tabarakallohh, semangat dan sukses faturr utk karya nyaaa
MasyaAllah
Semangat senior
Sangat bermanfaat sekali
Masyaallah semangat terus Fatur
mantafff
Syurga di telapak kaki ibu,love you mom without you I would never exist in this world,semngt trus kawan ku slalu mendukungmu
Masyaalloh
Masyaallah, semangattt☆
MasyaAllah. Semangat dan sukses berkarya nya. Terus kembangkan tur ✨
Masyaalloh,
Masyaallah, artikel yang sangat bagus. Mengajarkan dan menginhatkan kita kepada kedua orang tua terutama ibu. Semangat terus
Masyaallah, artikel yang sangat bagus. Mengajarkan dan mengingatkan kita agar senantiasa berbakti kepada kedua orang tua terutama ibu. Semangat terus penulis
Luar biasa.. tetap semangat.
It’s great to get a new lesson from other’s mind, sumbernya juga banyak dan mudah dipahami artikelnya, tapi maaf di point “Keadaan uwais yang lebih senang tidak tenar menunjukan keutamaan hidup terasing dari orang orang” Mungkin akan ada orang yang mengsalah artikan dengan berpikir bahwa kita harus jadi introvert dari sudut pandang penulis, sementara di era sekarang kita bisa membuka relasi dengan banyak orang dan itu pun bisa menjadi salah satu metode dakwah untuk kita. Jadi mungkin bahasanya bisa diperjelas dengan “uwais adalah orang yang rendah hati”, it’s my suggestion but not mind you have to do what I said because you have your own POV. Fighting
Masyaallah
Mantap sobat tetep semangat, terus berkarya
Masyaallah
MashaAllah ,smga kita selalu mendapatkan keridhoan Allah ,Aamiin . Semangat terusss buat yang baca
Mantap sekali artikelnya, kisah inspirasi bagi para pemuda
AHMAD SYAHID, sabtu 11 jun 2022
MasyaAllah dari kisah ini saya mendapatkan sebuah pelajaran bahwasannya kita harus membahagiakan orang tua kita. Termasuk ibu kita sendiri,Karena surga berada ditelapak kaki ibu.Semangat terus bang buat karya nya
Masyaallah, sangat bermanfaat sekali artikelnya umumnya untuk kita para muda mudi. Semangat terus berkaryanya
Mantul
Semngat
Makin gak sabar
Pengen atu
MasyaAllah, barakallah fiik… Menjadi pengingat bagi kita semua, birrul walidain tidak ada batasan. Sampai kapanpun harus terus dilaksanakan.
Masyaallah artikel nya bagus.semangat terus untuk berkarya
Masyaallah bagus banget terus berkarya lagisemangat terus
MasyaAlloh. Artikel yang sangat luar biasa. Teladan dari orang terdahulu memang selalu menyentuh hati, terlebih mengenai hal-hal yang berkaitan dengan bakti terhadap orang tua. Penulis juga menjabarkan dengan sumber Al-Quran dan Hadits, sehingga jadi lebih tahu bahwa kisah-kisah itu nyata adanya. Pemaparannya juga mudah difahami serta sistematis sehingga cocok dibaca siapa saja.
Hanya mungkin ada beberapa typo dan ketidakkonsistenan penulisan kata. Ada juga kalimat yang dirasa kurang efektiv. Misal pada kalimat “tentang baktinya seorang pengembala unta yang fakir serta miskin yang tidak di kenal…” penggunaan kata yang secara berulang agak dirasa kurang efektiv. Mungkin kata “yang” salah satunya bisa dihilangkan di kata setelahnya “fakir” sebab walau tanpa tambahan yang-pun sudah memperlihatkan keterangan, terlebih sebelum kalimat itu pun kata “yang” juga kembali ditulis.
Kemudian ketidakkonsistenan penulisan pada kata Makkah, yang awalnya ada Mekkah, kemudian Makkah kembali. Juga, kata hadits menjadi hadis.
Dan typo pada kata “ibuta” di paragraf menceritakan kisah Al qamah.
Tapi tetap artikel yang bagus, sebab kesalahan penulisan hanya sedikit. Untuk isi, masyaAlloh luar biasa.
Masyaallah,barakallah…
Semoga dengan karyamu ini kau bisa di kenal banyak orang dan juga bisa lebih banyak lagi memberi ilmu untuk semuanya.
#semangat terussss
#sukses dunia akhirat
MasyaAllah Anak Muda berkarya.. Teruskan Kreasi Perjuangan.. Keren banget Makna tersirat nya
Alus2
Masyaallah,barakallah…
Semoga dengan karyamu ini kau bisa di kenal banyak orang.
Maasyaa Allah Allohuakbar
It’s great to get a new lesson from other’s mind, sumbernya juga banyak dan mudah dipahami artikelnya
Masyaallah, lanjutkan karyamu dengan sejuta makna di dalamnya…
Masyaallah, artikel ini sangat menarik. Padanan kata yang penulis gunakan pada judul membuat pembaca ingin menelisik lebih dalam terkait isi dari artikel ini. Tidak hanya itu, penulis juga memberikan prolog berupa hadist agar pembaca menangkap subyek dari judul yang telah dibuat. Secara keseluruhan, menurut saya artikel ini benar-benar memberikan banyak informasi, ilmu serta pelajaran bagi pembacanya. Karena penulis tidak hanya memberikan argumen saja, akan tetapi disertai dengan potongan ayat Al-Qur’an dan juga hadist sebagai penguatnya. Tentunya topik yang penulis sajikan berkaitan dengan ‘berbakti kepada orang tua’ tidak pernah menjadi suatu perbincangan yang usang, melainkan menjadi pembicaraan yang kerap kali menjadi pengingat bagi kita selaku manusia. Namun, saya hanya ingin memberikan masukan untuk kalimat ketiga pada paragraf ketiga, yaitu kalimat ‘perempuan wanita tua’ lebih baik diganti dengan kalimat ‘wanita paruh baya’ sebagai penggambaran pada tokoh yang diceritakan, serta lebih efektif dalam penggunaan kata. Akan tetapi, artikel ini sungguh luar biasa dan recommended untuk dibaca.
Sukses selalu untuk penulis.
Artikel yang berjudul “Pendaming Hidup Penghantar Ke Surga” merupakan artikel yang sangatlah bagus dan layak untuk dibaca. Artikel ini mengisahkan sebuah anak yang soleh dan berbakti kepada ibunya, sehingga jaminannya pun Syurga baginya. Dalam artikel ini juga terdapat banyak pelajaran yang bisa kita ambil, salah satunya bagaimana menjadi seorang anak yang tidak putus asa dan tetap semangat untuk terus mewujudkan cita-cita ibunya dengan berbagai keterbatasan yang ada.
Namun alangkah baik jika artikel ini dibuat lebih menarik lagi, sehingga pembaca tidak merasa monoton dalam membacanya dan bisa lebih memotivasi bagi pembaca artikel ini.
Masya allah mumtadz
(12 menit, 23 detik). pembahasan luas sehingga memiliki berbagai hikmah. mantap…
lanjutkan
Masyaallah, semoga berkah yaa karyanya buat kamu dan para pembacanya
Masya Allah banget✨
MasyaAllah…
banyak hikmah yang dapat kita ambil dari tulisan ini.
Yang intinya dari tulisan ini kita diingatkan kembali untuk terus berbakti kepada orang tua terutama ibu.
Terimakasih
Masyaallah….mudah mudahan kita semua bisa mengambil contoh dari artikel tersebut aamiinn
Maa syaa a Allah tulisan nya sangat menginspirasi. Mudah2an semua anak yang ada di dunia ini bisa memaksimalkan bakti kepada ibu nya, layaknya uways.
Baarakallahu fiikum
Materi yang disajikan sangat berbobot dan lengkap luar biasa.
Di samping hal tersebut, ada beberapa hal yang menurut kami perlu diperbaiki:
1. Pada bagian judul artikel ada kesalahan penulisan yakni “pendaming” yang seharusnya “pendamping”.
2. Baiknya teks disajikan dengan format paragraf “Justify” atau “rata kiri kanan”, sehingga terlihat lebih rapi.
3. Diusahakan dalam 1 paragraf tidak terlalu panjang, seperti hal nya pada paragraf yang berisi kisah yang terlihat begitu panjang. baiknya dibuat 2 atau 3 paragraf. karena ditakutkan bagi orang yang tidak biasa membaca akan merasa malas jika melihat paragraf terlalu panjang meskipun isinya tentang sebuah kisah menarik.
Sekian untuk komentar kami, yang baiknya silahkan diambil yang tidak baiknya abaikan saja.
Setiap orang memiliki penilaiannya masing-masing.
Terimakasih,
Masyaallah,barakallah…
Luar biasa pemahaman yang disampaikan,sangat bermanfaat
Dinda nur aini
didioktapian131093@gmail.com
Masyaallah,Sebuah kisah yang sangat menginspirasi dan semoga bermanfaat bagi kita sebagai pembacanya serta bisa mengambil pembelajaran dan dijadikan contoh untuk kehidupan dimasa sekarang;)
Barokallah, semoga Allah memberikan kita kekuatan agar bisa berbakti bakti kepada kedua orang tua, aamiin.
Masyaallah luar biasa dan bermanfaat
Tinggalkan Komentar