Info Terkini
Sabtu, 27 Jul 2024
  • Website berisi tulisan-tulisan Agus S. Saefullah beserta para penulis lainnya
3 Mei 2022

Saat Setan-Setan Dibelenggu

Selasa, 3 Mei 2022 Kategori : Agus S. Saefullah / Founder Way

Setan-Setan dibelenggu sebagaimana pintu-pintu surga dibuka dan pintu-pintu neraka ditutup pada haits yang diriwayatkan Rasulullah melalui riyawat Bukhari dan Muslim menggunakan kata kerja pasif. Dalam bahasa arab disebut dengan fiil majhul . Teksnya bertuliskan,

إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ ، وَسُلْسِلَتْ الشَّيَاطِينُ

Apabila bulan Ramadhan tiba, pintu-pintu Surga dibuka dan pintu-pintu Neraka ditutup serta setan-setan dibelenggu.

Kata غُلِّقَتْ, فُتِّحَتْ, سُلْسِلَتْ adalah kata kerja pasif serta untuk memaknainya saya sepakat dengan beberapa qaul ulama yang mengatakan yakni “fiil majhul” yang digunakan pada hadits tersebut bermakna bahwa manusialah yang melakukannya.

Pintu-pintu surga itu dibuka pintu-pintu neraka itu ditutup, dan setan-setan itu dibelenggu oleh manusia yang berpuasa dengan segala kesungguhannya.

Mereka yang mencapai tujuan puasa yaitu la’allakum tattaqun adalah yang berpuasa dengan penuh kesabaran. Kesabaran dalam hal ini adalah kesabaran dalam menahan hawa nafsu yang berujung pada maksiat.

Sebagaimana sering disampaikan sebelumnya bahwa ujian yang menimpa manusia adalah tanda betapa sayangnya Allah kepada kita. Maka sayang itu akan semakin besar manakala manusia bisa menghadapi ujian itu dengan kesabaran. Rasulullah bersabda,

إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ فَمَنْ رَضِىَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ

Sesungguhnya pahala besar karena balasan untuk ujian yang berat. Sungguh, jika Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan menimpakan ujian untuk mereka. Barangsiapa yang ridho, maka ia yang akan meraih ridho Allah. Barangsiapa siapa yang tidak suka, maka Allah pun akan murka.” Riwayat Ibnu Majah.

Karena itu berpuasa dengan upaya maksimal menghindari yang membatalkan puasa seperti makan, minum dan berjimak harus disertai dengan upaya maksimal menghindari yang membatalkan pahala puasa seperti berbohong, fitnah, ghibah, caci maki dan kemaksiatan-kemaksiatan lainnya.

Maka untuk menguatkan diri agar sabar dalam maksiat baik selama ramadan atau di luar ramadan dalam “Madarij As Salikin Baina Manazil Iyyaka Na’budu wa Iyyaka Nasta’in”  Ibnu Qayyim Al Jauziyyah dalam mengutarakan bahwa ada dua alasan seorang Muslim untuk bersabar terhadap kemaksiatan.

Pertama, rasa takut (al-khauf) terhadap ancaman sika Allah pada para pelaku maksiat. Rasa takut itulah yang akhirnya menguatkan keimanan manusia dan segera untuk menghindari kemaksiatan.

Kedua, rasa malu. Rasa malu kepada Allah yang Maha Mencipta. Rasa ini menunjukkan ketaatan dan kehadiran hati bersamanya. Rasa malu karena telah diberi umur yang panjang, sehat dan rezeki yang melimpah. Tentu tidak pantas kita mengkhianati Dia yang telah setia memberi rasa kasih sayangnya kepada kita.

Dengan cara itulah setan-setan akan terbelenggu. Tidak akan kuat menggoda manusia yang sedang berpuasa sungguh-sungguh. Upayanya menjerumuskan manusia pada maksiat akan gagal. Itu semua karena kesabaran manusia.

Sumedang, 2 Syawal 1443 H
(Harusnya dibuat tanggal 28 Ramadan 1443 H. Hanya penulis ada halangan sehingga diqada pada 2 Syawal 1443 H)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Komentar

 

BUKU-BUKU

TULISAN AGUS S. SAEFULLAH
DAN KAWAN-KAWAN

Diterbitkan :
Hafidz Qur’an 4,5 tahun
“Tabarak seorang anak yang lahir pada tanggal 22 Februari 2003 dinyatakan lulus oleh penguji dari..
Diterbitkan :
Ulama Gila Baca
“Imam Nawawi dalam sehari mampu membaca 12 buku pelajaran di hadapan guru-gurunya” Kesaksian Abu Hasan..

Agenda Terdekat

Trik menjadi seorang penulis adalah menulis, lalu menulis dan terus menulis.

Galeri Pelatihan

Ahlan wa Sahlan

0 0 4 8 0 7
Total views : 10780
Salam Silaturahmi