عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ،عَنِ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ “يَدْخُلُ الجنة أقوام أفئدتهم مثل أفئدة الطير“.
Diriwayatkan daripada Abi Hurairah ra daripada Nabi Muhammad Saw beliau bersabda: “Akan masuk surga sekelompok orang yang hatinya sama dengan hati burung”. HR. Muslim No. 2840
Muslim hakikatnya membutuhkan duit. Selain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, duit atau uang ini diperlukan dalam proses pelaksanaan suatu ibadah. Haji misalnya, duit atau uang menjadi mediator perjalanan dalam ibadah haji, begitu pula pada zakat, sedekah, dan lain sebagainya.
Begitu pula dalam menggapai suatu keberhasilan dan keberkahan pada sesuatu yang kita usahaka, duit diperlukan dalam hal ini. Duit di sini merupakan akronim dari Do’a, Usaha, Istiqomah, dan Tawakal.
Untuk mencapai suatu keberhasilan dari apa yang kita usahakan maka hal ini bergantung pada seberapa keras usaha kita mencoba dan seberapa kuat istiqomah kita dalam berusaha. Lalu saat sebuah usaha diawali dengan do’a dan ia berusaha dibarengi dengan tawakal, maka manisnya usaha yang dilakukan diselimuti dengan keberkahan bak sandwich yang diapit oleh roti yang sudah enak isinya, mengenyangkan luarnya.
Allah ta’ala meminta hamba-Nya untuk berdo’a agar dimudahkan dari segala urusannya, seperti pada surat Ghafir ayat 60, “Dan Tuhanmu berfirman: ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina’”.
Do’a merupakan senjata ultimate bagi orang-orang beriman, dimana orang beriman bermunajat pada rabbnya, meminta pertolongan-Nya. Lalu turun pertolongan Rabb pada hambanya dengan cara yang tak diduga tak disangka akal manusia, yang hanya mampu dilakukan oleh Rabb yang maha kuasa.
Seperti do’a pemuda yang beriman pada Ashabul-Ukhdud, saat Ia dijatuhi hukuman mati dengan cara dijatuhkan dari gunung yang tinggi. Maka dibawalah pemuda itu ke salah satu gunung. Sesampainya di atas puncak gunung pemuda berdo’a, “Ya Allah tolonglah aku dari mereka menurut kehedak-Mu.” Maka gunung tersebut bergetar, dan akibatnya orang-orang pun jatuh terpelanting dari atas gunung, kecuali pemuda itu yang selamat. Lalu dia pulang menemui sang raja dengan berjalan kaki. Raja pun bertanya, “Apa yang terjadi dengan orang-orang yang membawamu?:” Pemuda menjawab, “Allah subhanahu wata’ala telah menolongku dari mereka”. Raja lalu memerintahkan agar pemuda itu ditenggelamkan di tengah laut. Namun lagi-lagi, atas pertolongan Allah subhanahu wata’ala dia selamat dari rencana itu, sedangkan orang-orang yang akan mengeksekusinya justru yang tenggelam di laut.
Bahkan orang-orang musyrik akan berdo’a kepada Allah ta’ala saat mereka dihadapkan dengan sebuah adzab, hal ini disinggung pada surat Al-An’am ayat 40-41,” Katakanlah: ‘Terangkanlah kepadaku jika datang siksaan Allah kepadamu, atau datang kepadamu hari kiamat, apakah kamu menyeru (tuhan) selain Allah; jika kamu orang-orang yang benar!’ (Tidak), tetapi hanya Dialah yang kamu seru, maka Dia menghilangkan bahaya yang karenanya kamu berdoa kepada-Nya, jika Dia menghendaki, dan kamu tinggalkan sembahan-sembahan yang kamu sekutukan (dengan Allah)”.
Seperti do’a, tawakal juga menjadi kunci dalam mencari keberkahan suatu amalan. Tawakal dibutuhkan saat kita sudah berdo’a dan berusaha dengan maksimal, menyerahkan hasilnya kepada ketentuan dari Allah ta’ala, “kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah”(Ali Imran:159), agar saat kita tidak terlalu kecewa saat apa yang kita gapai, ternyata tidak sama dengan yang kita harapkan.
Dan sudah sepatutnya untuk menggantungkan harapan kita kepada Allah ta’ala. Karena hanya Allah saja yang punya kuasa akan segala sesuatu, tempat bergantungnya hamba, Allah tidak menelantarkan hamba-Nya. Allah ta’ala acuh akan hamba-Nya, suka saat hamba-Nya memohon pada-Nya, dan membuka rahmat bagi hamba-Nya amat luas.
Orang yang bertawakal kepada Allah tidak akan merasakan takut akan kekurangan dari kebutuhan kesehariaannya, karena Ia percaya bahwa Allah ta’ala alan mencukupkannya. Sebagaimana burung. Mereka tidak punya pekerjaan, juga tidak punya penghasilan, ataupun tabungan. Tapi mereka mampu hidup dan tercukupi kebutuhan di hari-harinya. Pergi dalam kadaan perut kosong, tapi pulang dengan perut terisi karena Allah ta’ala-lah yang memelihara mereka. Orang yang bertawakal percaya bahwa Ia menggantungkan dirinya kepada dzat yang tepat. Yang tidak akan menelantarkannya saat kelapan, tidak meninggalkan saat kesusahan, dan menolong saat ditimpa marabahaya.
Contoh dari kesempurnaan tawakal sendiri ada pada sosok Rasulullah. Saat Beliau bersama dengan Abu Bakar As-Sidq, dalam pelarian dari kaum Quraisy. Mereka bersembunyi dibawah pijakan kaki pengejar dari kaum Quraisy, Abu Bakar berbisik “wahai Rasulullah!kalau satu saja dari mereka melihat kebawah, pasti Ia akan melihat kita”. Lalu Rasulullah membalas ““Wahai Abu Bakar apa yang kamu kira bahwa kita ini hanya berdua; ketahuilah, yang ketiganya adalah Allah yang melindungi kita”.
Salam literasi
Lanjutkan kawan
wajib ini mah
Sunnah ini mh
Mari perbanyak duit kita brother
Mari belomba-lomba dalam mencari rezeki yang halal
Tinggalkan Komentar