عَلَيْكُمْ بِالْجَمَاعَةِ وَإِيَّاكُمْ وَالْفُرْقَةِ، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ مَعَ الْوَاحِدُ، وَهُوَ مِنَ الْاِثْنَيْنِ أَبْعَدُ، مَنْ أَرَادَ بُحْبُوْحَةَ الْجَنَّةِ فَلْيَلْزِمِ الْجَمَاعَةَ، مَنْ سَرَّتْهُ حَسَنَتُهُ وَسَاءَتْهُ سَيِّأَتُهُ فَذَلِكَ الْمُؤْمِنُ
“Kalian wajib bersama dengan al-jamaah, dan berhati-hatilah kalian dari perpecahan. Sesungguhnya, setan bersama orang yang sendirian, sedangkan dari orang yang berdua, dia lebih jauh. Barang siapa yang menginginkan tengah-tengahnya (yang terbaiknya) surga, hendaklah dia bersama jamaah. Barang siapa yang kebaikan-kebaikannya menggembirakan dia dan kejelekan-kejelekannya menyusahkan dia, dia adalah seorang mukmin.” (H.R. Tirmidzi 4/465, Ahmad 1/112 dan Ibnu Abi Ashim)
Islam hadir ke dunia pada saat masyarakat dalam keadaan kejahiliyaan (kebodohan), berpecah-belah, tak tentu arah kehidupannya, roda berputar tanpa ada yang mengendalikan. Pada waktu bersamaan, akhlak dan budi pekerti merosot pada tingkat paling dasar. Itu semua terjadi karena belum adanya rahmat dan cahaya dari Allah yakni ketika datangnya Islam yang diikat dalam bingkai jamaah, maka akan berjayahlah kedaulahan islam ini.
Islam dan jamaah adalah dua kata yang tidak bisa dipisahkan, karena kedua kata ini saling melengkapi satu sama lainnya, sebagaimana Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah memerintah manusia untuk senantiasa hidup berjamaah, tidak berpecah belah, Allah berfirman dalam Surah Ali-Imran ayat 103.
وَٱعۡتَصِمُواْ بِحَبۡلِ ٱللَّهِ جَمِيعً۬ا وَلَا تَفَرَّقُواْۚ
Artinya:“Dan berpegang teguhlah kalian pada tali Allah seraya berjamaah dan janganlah kalian berfirqah-firqah…” (Qs. Ali-Imran [3] :103.
Menurut Al-Hafidz Imam Al-Qurthuby ketika menafsirkan ayat ini, ia mengatakan, yang dimaksud dengan “jami’an” pada ayat tersebut adalah bersama-sama, bersatu padu (berjama’ah). Hal ini menunjukan bahwa Rasulullah Shallalahu ‘Alaihi Wasallam diutus untuk mengeluarkan manusia dari zaman jahiliyah, tidak punya pemimpin, tidak punya panutan, tidak tau siapa yang harus ditaati, menuju zaman terang benderang, yaitu cahaya Islam. Rasul menjadi pemimpin untuk menyatukan umat, berada dalam satu barisan, satu kepemimpinan.
Akan tetapi, ketika hidup berjamaah dengan satu kepemimpinan mulai ditinggalkan, Islam lambat laun terjun bebas kepada titik terendahnya dan pada akhirnya dilecehkan oleh orang-orang kafir. Lihatlah saat ini, di Palestina, puluhan tahun rakyatnya menderita, tapi tidak ada yang mampu menolongnya. Muslim di Rohingya dibunuh, para wanitanya diperkosa, mereka teraniaya, tetapi tidak ada yang mampu berbuat sesuatu untuk menghentikannya. Muslim di Xin jiang juga bernasib sama, namun tidak ada yang mempu memberi advokasi kepada mereka. Itulah potret ummat Islam saat ini yang tidak memiliki kepemimpinan, sehingga mereka teraniaya dan tidak ada yang mempu menyelamatkan.
Menghadapi berbagai masalah tersebut, ummat Muslim harus menggalang kembali persatuan ummat dan mengamalkan Islam secara kaffah, bersatu-padu dalam satu jamaah, satu kepemimpinan, membangun kesadaran umat untuk kembali kepada Al-Qur’an dan Al-Hadis meskipun harus didapatkan dengan cara merintis dan merintih.
Dikarenakan Jamaah dan persatuan merupakan jalan keluar dalam menghadapi berbagai masalah dalam masyarakat, maka kewajiban hidup berjamaah tetap harus melekat pada setiap muslim, terutama yang hidup di wilayah-wilayah dan negara yang dipimpin non-Muslim.
Jika ummat Islam tidak berjamaah, maka potensi kekuatan mereka tidak bisa dipersatukan dengan maksimal. Meskipun banyak orang shalih di antara mereka, tapi semuanya seperti perahu-perahu kecil yang mudah terhempas ombak dan badai. tidak terhimpun dalam sebuah wadah yang yang besar yaitu Jamaah.
Barangkali banyak orang hebat di antara mereka, tapi kehebatan itu seperti gundukan pasir yang sewaktu-waktu akan beterbangan saat badai datang menerpa. Banyak potensi yang tersimpan pada individu-individu muslim, tapi semuanya berserakan, tak menyatu dalam satu wadah Jamaah.
Jalan panjang kebangkitan umat seperti yang diprediksi Rasulullah Shallalahu ‘Alaihi Wasallam harus dimulai dari sekarang. Caranya, satukan ummat dalam satu wadah jamaah, satu kepemimpinan, persatukan mereka dalam jalinan cinta, dan ukhuwah Islamiyah, buatlah ummat Islam serasi dalam harmoni.
Dengan demikian, kekuatan ummat Islam akan bisa dikoordinir, potensi bisa disalurkan dengan maksimal, ummat Islam akan menjadi satu kekuatan yang disegani kawan dan ditakuti lawan. Sekali lagi bukan karena jumlah mereka yang banyak, tapi karena persatuan dan kesatuanlah yang membuat mereka menjadi kekuatan yang sempurna sebagaimana pada zaman Rasul dan para sahabat, disegani lawan dan kawan bukan karena jumlah mereka tapi karena ketaatan dan kebersamaan mereka.
Lanjutkan
goodlah
Bagus Tapi ada kata yang typo..
Mantap
Mantan
Teruskan bos cuy
Teruskan bos cuy
Lanjutkan bos cuy
Teruskan brother
Tinggalkan Komentar