Teringat sabda Nabi Saw. kepada salah seorang sahabatnya yang bernama Anjasyah (seorang pemandu unta khusus bagi istri-istri nabi Saw).
Saat itu Anjasyah memandu unta Ummahatul mukminin dengan agak tergesa-gesa sehingga membuat para istri nabi terlihat tidak nyaman.
Melihat hal tersebut nabi lantas menegurnya, “Hai Anjasyah berlaku lembutlah terhadap gelas-gelas kaca”. Hadis ini di riwayatkan oleh Imam Bukhari.
Perumpamaan Rasulullah yang sangat indah untuk istri-istrinya itu menandakan betapa Beliau tahu benar karakter seorang perempuan.
Kaca adalah gambaran dari suatu benda yang rapuh dan mudah pecah tanpa kehati-hatian dalam memperlakukannya bisa-bisa pecah berantakan dan tidak mungkin untuk disatukan lagi.
Gelas yang telah pecah tak mungkin menyatu kembali meski berhasil di rekatkan tetap saja ada bekas sambungan-sambungannya.
Itulah hati seorang wanita jika sudah terluka susah kembali seperti sediakala.
Wanita itu adalah ibu kita, istri kita, adik wanita kita dan anak perempuan kita.
Berkata Syaikh Ibnu Utsaimin, “Sebuah kata yang engkau ucapkan bisa menjadikannya menjauh darimu sejauh bintang di langit, dan dengan sebuah kata yang engkau ucapkan bisa menjadikannya dekat hingga di sisimu” (Asy-Syarhul Mumti’ XII/385).
Rawannya hati seorang wanita jelas tergambar dalam ungkapan syaikh Ibnu Utsaimin tersebut. Namun dibalik sifat dasarnya itu seorang wanita adalah seorang pemaaf terhebat walaupun dilukai berkali-kali mereka akan tetap membuka hatinya tapi sekaligus penyimpan memori terbaik.
Dia tidak akan lupa setiap derita yang dia terima memorinya sangat kuat memendam luka lama. Wanita memiliki sifat yang lemah lembut dan sensitif, mudah tersinggung, mudah cemburu, mudah menangis demikianlah wanita begitu sangat perasa.
Sikapnya pun bisa begitu cepat berubah jika tanpa dibimbing dengan nilai agama tentu para wanita akan terjebak dalam hawa nafsu manusiawinya.
Seorang istri jika tersinggung oleh suaminya tanpa segan dia berkata-kata yang tidak baik tentang suaminya (tentu tidak semua istri). Seperti sabda Nabi Saw berikut,
“Seandainya engkau berbuat baik kepada salah seorang istrimu seumur hidupmu kemudian dia melihat sesuatu yang tidak dia sukai pada dirimu, dia akan berkata aku tidak pernah sedikit pun melihat kebaikanmu”. H.R Bukhari.
Tentu hadis ini berlaku umum sikap dan sifat dasar wanita memang demikian, namun yang perlu digarisbawahi dalam sabda nabi tersebut adalah bagaimana caranya agar kaum wanita jangan sampai terjebak dalam situasi yang digambarkan hadis tersebut.
Hadis itu sebelumnya menerangkan tentang Neraka yang banyak dihuni oleh para wanita. Para wanita yang memiliki akhlak jelek terhadap suaminya.
Di sinilah peran Islam sebagai agama nasihat yakni mampu memberi solusi-solusi atas berbagai kemelut di antaranya kemelut dalam rumah tangga.
Hadis ini juga menerangkan bagaimana caranya para suami mampu menjaga keharmonisan dalam berumah tangga, bersabar dan menjaga hatinya. Itu sikap terbaik yang mesti dilakukan oleh para suami.
Karena ketenangan hati sebagiannya ada dalam ketenangan rumah tangga. Seorang suami pasti membutuhkan istri yang dia tenteram bersamanya dalam menjalani hidup bersama.
Untuk para lelaki bisa mengambil pelajaran dari kisah Anjasyah yang ditegur Nabi Saw. bahwa dalam menghadapi seorang wanita hendaknya berlemah lembut. Sikap kasar hanya akan menambah retak hati sang Kaca yang bahkan dapat menjadi api dalam sekam atau menjadi bom waktu dari kehancuran bahtera rumah tangga.
“Ketahuilah bahwasanya wanita diciptakan dari tulang rusuk, dan jika engkau ingin untuk meluruskannya maka engkau akan mematahkannya, oleh karenanya barbasa-basilah niscaya engkau akan bisa menjalani hidup dengannya.” HR Al-Hakim.
Tinggalkan Komentar