Info Terkini
Sabtu, 27 Jul 2024
  • Website berisi tulisan-tulisan Agus S. Saefullah beserta para penulis lainnya
13 Juni 2022

Single Parent dan Fakta Gairah Bertahan Hidup

Senin, 13 Juni 2022 Kategori : Khazanah dan Hikmah / Qolamunetizen

Single parent atau orang tua tunggal dalam bahasa Indonesia sering diidentikkan dengan orang tua yang mengasuh anak-anaknya sendirian. Entah dia seorang ayah atau seorang ibu.

Single parent bukanlah pilihan namun biasanya terjadi karena perpisahan antara suami-istri entah karena salah satunya meninggal atau berpisah dengan status perceraian.

Seorang ayah yang membesarkan anaknya sendirian karena berpisah dengan sang istri harus benar-benar mampu mengatur waktunya antara mengurus buah hati dengan kesibukannya bekerja.

Biasanya anak dititipkan kepada neneknya waktu ayahnya bekerja.

Pola asuh dan pengawasan terhadap pertumbuhan sang anak sangatlah kurang ini pula yang menjadi penyebab anak menjadi liar dan mencari kesibukannya sendiri lepas dari pantauan orang tua.

Untuk menyiasati dan menjaga sang anak agar tidak terlalu liar dalam pergaulan, ada sebagian orang tua tunggal menyekolahkannya  di lembaga pendidikan dengan sistem belajar full day shcool.

Di sini anak belajar seharian bahkan tidur pun di tempatkan di asrama. Dengan kesibukan belajar diharapkan anak memiliki kemandirian dan tanggung jawab sedari dini.

Sekolah-sekolah yang menawarkan sistem boarding school semacam ini biasanya berbasis agama seperti pesantren.

Selain belajar ilmu-ilmu umum juga pembinaan akhlaknya lebih kuat karena basis sandaran ilmu agamanya adalah keluhuran akhlak.

Pesantren sebagai tempat alternatif yang baik bagi single parent untuk menitipkan anaknya.

Mungkin status single parent bagi seorang ayah tidak terlalu terbebani dalam urusan nafkah karena memang sejatinya seorang ayah adalah tulang punggung keluarga.

Bagaimana jika single parent itu seorang ibu. Dalam situasi tertentu seorang ibu mampu membesarkan anak-anaknya seorang diri, entah ditinggal pergi suaminya karena perceraian atau wafat.

Banyak cerita seorang ibu yang bisa menghantarkan anaknya menjadi seorang yang sukses.

Contoh nyata adalah ibundanya Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Solichah yang harus menghidupi 6 orang anak sepeninggal suaminya Wahid Hasyim. ( Wahid Hasyim adalah Menteri Agama era Soekarno, 1945 –  1951),

Waktu itu dia harus berusaha memenuhi kebutuhan keluarganya sendiri. Meskipun istri mantan Menteri Agama dia tidak malu berjualan beras ke pegawai Kementerian Agama.

Dia pun menjual seluruh barang-barang miliknya untuk kebutuhan sehari-hari.

Dia tetap tinggal di ibukota walaupun saudaranya yang di kampung menyuruh agar Solichah pulang saja.

Dia juga berjualan material bangunan seperti pasir, bambu, batu dan lainnya, di kawasan Tanjung Priok, Jakarta.

Dia juga seorang politisi wanita dari partai NU dan berturut-turut selama tiga periode menjadi wakil rakyat dari tahun 1955 sampai 1987, setelah itu pensiun dari anggota dewan.

Dari tangan lembutnya lahirlah tokoh bangsa yakni Gus Dur presiden RI ke- 4 dan Gus Solah (Solahudin wahid) serta saudara kandungnya yang menjelma menjadi orang-orang hebat di kemudian hari.

Adalah Tuti Marini Puswowardojo seorang single parent yang harus membesarkan ke delapan orang putra-putrinya, sepeninggal suaminya Alwi Abdul Jalil Habibie.

Dia bekerja sekuat tenaga untuk memenuhi kebutuhan keluarga sepeninggal suaminya dan menjalankan amanat suaminya yakni harus tetap menyekolahkan anak-anaknya.

Beliau tak lain adalah ibunda dari Baharudin Jusuf Habibie presiden RI ke-3 atau lebih dikenal dengan B.J Habibie.

Ketika Rudy (panggilan kesayangan B.J Habibie) melanjutkan study ke ITB Bandung, Tuti pun menjual rumahnya dan memutuskan untuk hijrah ke Bandung bersama anak-anaknya agar dia tetap bisa berkumpul dengan Rudy.

Rudy pun berhasil lulus tes masuk ITB dengan nilai yang memuaskan.

Dengan kecerdasan dan minat Rudy dalam pengetahuan aeromodeling demi menjalankan wasiat sang suami Tuti pun menyekolahkan Rudy Habibie ke Jerman.

Dengan kelembutan dan kemantapan hati seorang ibu, walau dalam posisi single parent tak menjadikan Tuti pesimis dalam menjalani kehidupan.

Bahkan dengan kerja kerasnya dia mampu menghantarkan seorang Habibie menjadi ilmuwan kelas dunia dan presiden RI ke-3.

Single parent menguak fakta bahwa ada atau tidak adanya pasangan, kenyataannya tidak berpengaruh kepada keberlangsungan kesuksesan dan kebahagiaan duniawi.

Tetapi bukan berarti single parent itu hidup tanpa luka dan kesedihan, namun sejauh mana para orang tua tunggal tidak berlarut-larut dalam kesedihan karena hidup memang mesti berlanjut.

Kisah-kisah di atas merupakan pemicu bagi kita untuk tetap menjalani hidup normal tanpa mengganggu kestabilan mental anak dengan terus menumbuhkan rasa optimis setiap harinya.

Penyandaran hidup dan kepercayaan kepada sang Maha Pengatur segala urusan serta gairah bertahan hidup dan bersabar terbukti ampuh untuk melecutkan lompatan-lompatan dalam kehidupan.

Agama mengistilahkannya dengan iman. Hanya dengan keimanan inilah esok hari akan terlihat tetap cerah.

Tulisan Lainnya

Tidak ada komentar

Tinggalkan Komentar

 

BUKU-BUKU

TULISAN AGUS S. SAEFULLAH
DAN KAWAN-KAWAN

Diterbitkan :
Hafidz Qur’an 4,5 tahun
“Tabarak seorang anak yang lahir pada tanggal 22 Februari 2003 dinyatakan lulus oleh penguji dari..
Diterbitkan :
Ulama Gila Baca
“Imam Nawawi dalam sehari mampu membaca 12 buku pelajaran di hadapan guru-gurunya” Kesaksian Abu Hasan..

Agenda Terdekat

Trik menjadi seorang penulis adalah menulis, lalu menulis dan terus menulis.

Galeri Pelatihan

Ahlan wa Sahlan

0 0 4 8 0 7
Total views : 10780
Salam Silaturahmi