Info Terkini
Rabu, 04 Des 2024
  • Website berisi tulisan-tulisan Agus S. Saefullah beserta para penulis lainnya
30 April 2022

Lapis-Lapis Keberkahan

Sabtu, 30 April 2022 Kategori : Agus S. Saefullah / Founder Way

Telah datang kepadamu bulan yang berkah.” Sabda Nabi dalam riwayat Ahmad. “(Karena itu) diwajibkan kepada kalian berpuasa …

Tersimpan dalam hadits tersebut sebuah khabar kedatangan bulan yang penuh berkah (syahrun mubarakun) yang diiringi dengan syariat yang mewajibkan seluruh muslim untuk berpuasa selama 29 atau 30 hari di bulan ramadan.

Dalam tarikh tasyri atau sejarah pensyariatan, sebetulnya sebelum datang kewajiban puasa ramadan sudah terlebih dahulu Allah mewajibkan puasa Asyura (tanggal 10 Muharam) dan Ayyamul Bidh (puasa tiga hari setiap tanggal 13,14,15 pada bulan hijriah).

Namun kemudian pada tahun kedua hijriah yaitu ketika Rasulullah sudah di Madinah, kewajiban puasa menjadi 29 atau 30 hari pada bulan ramadan. Sehingga status puasa Asyura dan Ayyamul Bidh menjadi mandub. Dikerjakan mendapatkan pahala tidak dikerjakan, sayang pahalanya. Hehe…

Secara singkat sejarahnya seperti itu. In syaa Allah nanti pada kesempatan lain akan saya tulis sejarah tahapan puasa ramadan secara terperinci.

Sekarang mari kita ulas mengenai kata berkah. Dalam hadits tersebut tertulis mubarakun yang menjadi shifat  pada maushuf syahrun.

Berkah berasal dari bahasa arab barakah. Ar-Raghib Al-Ashfahaniy mengatakan bahwa “berkah itu tetapnya kebaikan ilahi pada sesuatu.”

Salah besar kalau kita beranggapan bahwa berkah itu dilihat dari banyaknya aset, gendutnya rekening dan fasilitas hidup yang serba ada.

Rasul tinggal di rumah sangat sederhana, terbuat dari tanah liat, berlantai tanah dan beratap pelepah kurma.” Kata A’idh Al-Qarni dalam bukunya “Tsalusana Sa’adah fi Dunya wal Akhirah”. “Nabi juga pernah mengikat perut dengan batu untuk menahan lapar. Tak hanya itu, beliau juga pernah tidur beralas pelepah kurma hingga meninggalkan bekas di pipi. Sang Rasul menggadaikan baju perangnya kepada orang Yahudi untuk mendapatkan 30 sha’ gandum. Nabi pula pernah berkeliling selama tiga hari mencari makan untuk sekadar mendapat kurma kering.”

Berkah tidak harus banyak. Berkah hadir pada sesuatu yang sedikit sekalipun. Kuncinya adalah bersyukur. Mereka yang pandai bersyukur maka berkah segala-galanya. Kalau berkah sudah pasti bahagia.

Lantas bagaimana meraih berkah di bulan ini?

Pertama, mari kita syukuri kedatangan bulan ini sembari menyambutnya dengan kegembiraan.

Syekh Shalih Fauzan dalam “Ahaditsus Shiyam” ketika menjelaskan hadits mengenai Syahrun Mubarakun  beliau menguatarakan bahwa,Hadits ini adalah kabar gembira bagi hamba Allah yanh shalih dengan datangnya Ramadhan. Karena Nabi shallallahu alaihi wa sallam memberi kabar kepada para sahabatnya radhiallahu ‘anhum mengenai datangnya Ramadhan. Ini bukan sekedar kabar semata, tetapi maknanya adalah bergembira dengan datangnya momen yang agung”.

“Bagaimana tidak bergembira?” Ujar Ibnu Rajab Al-Hanbali dalam “Latha’if Al-Ma’arif”. “Seorang mukmin diberi kabar gembira dengan terbukanya pintu-pintu surga. Tertutupnya pintu-pintu neraka. Bagaimana mungkin seorang yang berakal tidak bergembira jika diberi kabar tentang sebuah waktu yang di dalamnya para setan dibelenggu. Dari sisi manakah ada suatu waktu menyamai waktu ini (Ramadhan)”. Lanjutnya.

Kedua, lakukan kewajiban yang diperintahkan di dalamnya.

Karena itu, barangsiapa di antara kamu menyaksikan (datangnya) bulan (Ramadhan) itu maka berpuasalah” (QS Al-Baqarah: 185).

Tidak boleh ada yang bolong puasanya kecuali pada saat menstruasi atau pada hal-hal yang diperbolehkan mengambil rukhsah seperti sakit yang teramat berat, safar, lanjut usia dan hamil atau menyusui.

Selain itu wajib berpuasa. Tercatat dosa bagi mereka yang dengan sengaja tanpa uzur meninggalkan dan harus segera bertaubat.

Ketiga, manfaatkan bulan ini sebagai bulan akselerasi pahala.

“Barang siapa yang pada bulan itu mendekatkan diri kepada Allah dengan suatu kebaikan, nilainya seperti orang yang melakukan perbuatan yang diwajibkan pada bulan lainnya.” Demikian Nabi bersabda dalam riwayat Bukhari dan Muslim. “Dan barang siapa yang melakukan suatu kewajiban pada bulan itu, nilainya sama dengan 70 kali lipat dari kewajiban yang dilakukannya pada bulan lainnya. Keutamaan sedekah adalah sedekah pada bulan Ramadan.” Pungkasnya.

Keempat, jadikan sebagai bulan muhasabah diri.

Rasa lapar, dahaga dan ujian fisik lainnya pada bulan ramadan ini harus melahirkan tumbuhnya rasa peduli kita kepada mereka papa.

Selama satu bulan kita diuji dengan lapar dan dahaga. Menyadarkan kita betapa banyak mereka yang kelaparan sepanjang tahun. Mereka menderita kekurangan hingga penyakit busung lapar dan kurang gizi melanda.

Hari ini kita bisa berbuka dengan makanan yang halal bersih dan sehat. Padahal ada saudara muslim kita yang harus berbuka lebih malam karena belum mendapatkan rezeki ketika adzan maghrib kita.

Bahkan mungkin ada yang harus mengorek-ngorek tong sampah, memungut sisa makan dari limbah rumah makan dan tempat-tempat kotor lainnya sebelum bisa melantunkan doa berbuka puasa.

Maka sebaik-baik dari kita adalah yang mampu mengambil pelajaran. Pelajaran yang berserakan dari  apa yang Allah sedang uji kepada diri kita.

“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?. Maka itulah orang yang menghardik anak yatim. dan tidak mendorong memberi makan orang miskin. Maka celakalah orang yang salat. (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap salatnya. yang berbuat ria. dan enggan (memberikan) bantuan.”(Q.S. Al-Ma’un : 1-7)

Tidak perlu membakar Al-Qur’an, atau tidak perlu membuat karikatur Nabi atau juga tidak perlu mengihina ulama untuk disebut sebagai pendusta agama. Cukup menjadi orang yang tidak peduli terhadap sesama bisa menjadikan kita sebagai orang yang berpredikat “pendusta agama”. Maka patutlah di bulan ramadan yang penuh berkah ini kita bermuhasabah diri kepadanya.

Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, nanti Kami akan menarik mereka dengan berangaur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui.” (QS. Al-A’raf: 182).

Sumedang, 4 Ramadan 1443 H

Tidak ada komentar

Tinggalkan Komentar

 

BUKU-BUKU

TULISAN AGUS S. SAEFULLAH
DAN KAWAN-KAWAN

Diterbitkan :
Hafidz Qur’an 4,5 tahun
“Tabarak seorang anak yang lahir pada tanggal 22 Februari 2003 dinyatakan lulus oleh penguji dari..
Diterbitkan :
Ulama Gila Baca
“Imam Nawawi dalam sehari mampu membaca 12 buku pelajaran di hadapan guru-gurunya” Kesaksian Abu Hasan..

Agenda Terdekat

Trik menjadi seorang penulis adalah menulis, lalu menulis dan terus menulis.

Galeri Pelatihan

Ahlan wa Sahlan

0 0 5 8 9 2
Total views : 12417
Salam Silaturahmi