Info Terkini
Sabtu, 27 Jul 2024
  • Website berisi tulisan-tulisan Agus S. Saefullah beserta para penulis lainnya
30 April 2022

Bulan Seindah Persaudaraan

Sabtu, 30 April 2022 Kategori : Agus S. Saefullah / Founder Way

Malam ini kita melaksanakan salat tarawih untuk yang ketiga kalinya. Sementara saudara kita warga Muhammadiyah melaksanakan salat tarawih untuk yang keempat kalinya.

Perbedaan ini disebabkan karena PP. Muhammadiyah sudah menetapkan sebelumnya bahwa 1 Ramadan 1443 H jatuh pada hari sabtu 2 April 2022. Sementara Pemerintah, NU dan Persatuan Islam (Persis) serta ormas-ormas lainnya menetapkan 1 Ramadan 1443 H pada hari ahad 3 April 2022.

Perbedaan tersebut terjadi dikarenakan penggunaan metode penentuan tanggal hijriah yang berbeda. Membahas alasan terjadinya perbedaan ini tentu tidak akan cukup dengan hanya menuliskan sebuah artikel saja. Perlu kajian yang mendalam dan terstruktur agar bisa memahaminya secara utuh.

Namun secara sederhana metode-metode tersebut dapat kita uraikan di bawah ini.

Pertama, ru’yatul hilal. Metode ini merupakan metode pengamatan secara langsung dengan mata telanjang atau menggunakan alat bantu pada tanggal 29 di setiap bulan bulan hijriah. Dilakukan pada saat ijtimak yaitu sejajarnya bumi, bulan dan matahari. Jika hilal terlihat maka esok hari sudah masuk tanggal 1 bulan berikutnya. Namun jika tidak terlihat atau karena faktor cuaca yang menghalangi maka jumlah hari pada bulan itu digenapkan menjadi 30 hari dan tanggal 1 bulan berikutnya ditetapkan pada esok lusa.

Hari ini metode ru’yatu hilal digunakan oleh Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. Pemerintah sendiri meskipun menggunakan metode hisab imkanu-ru’yat tetap menggunakan pengamatan langsung untuk mengkonfirmasi hasil hisab. Ada 101 titik ru’yat yang digunakan pemerintah pada saat menentukan tanggal 1 Ramadan 1443 H.

Kedua, hisab wujudul hilal. Metode ini merupakan metode penentuan tanggal 1 bulan hijriah yang mempersyaratkan ijtimak dan bulan sudah di atas ufuk meskipun dengan ketinggian hanya 0,1 derajat sekalipun.

Muhammadiyah adalah salah satu yang menggunakan metode ini. Karena pada tanggal 29 Sya’ban yang bertepatan dengan 1 April 2022 sudah ijtimak dan bulan sudah di atas ufuk meskipun hanya +02° 18¢ 12² maka PP. Muhamamdiyah dengan Maklumat No. 01/MLM/I.0/E/2022 tentang penetapan hasil hisab ramadan, syawal, dan zulhijah 1443 hijriah memaklumatkan bahwa 1 Ramadan 1443 H jatuh pada hari sabtu sabtu 2 April 2022.

Ketiga, hisab imkanur-ru’yat. Metode ini merupakan metode visibilitas hilal. Perbedaannya dengan wujudul hilal adalah metode ini bukan hanya mensyaratkan bulan sekedar  harus sudah di atas ufuk , namun posisinya harus berada pada titik yang dimungkinkan bulan baru dapat terlihat. Posisi bulan dapat terlihat menurut metode ini adalah pada tinggi 3° dan Elongasi 6.4°.

Metode ini digunakan oleh Persatuan Islam. Metode yang sama dengan metode yang digunakan oleh Pemerintah hanya saja sebelum 2022 terdapat perbedaan tinggi bulan saja. Jika Persatuan Islam menggunakan kriteria tinggi bulan 3° dan Elongasi 6.4° sedangkan pemerintah menggunakan kriteria tinggi bulan 2° dan Elongasi 3°. Namun pada 2022 ini pemerintah mengubah kriterianya menjadi sama dengan Persatuan Islam yaitu tinggi bulan 3° dan Elongasi 6.4°. Hal ini diputuskan dikarenakan hasil Muzakarah Rukyah dan Takwim Islam MABIMS pada 2016 di Malaysia menetapkan kriteria visibiltas bulan terjadi pada ketinggian 3° dan Elongasi 6.4°.

Metode-metode tersebut kendati berbeda merupakan pengamalan dari perintah Allah berikut,

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ

Karena itu, barangsiapa di antara kamu menyaksikan (datangnya) bulan (Ramadhan) itu maka berpuasalah” (QS Al-Baqarah: 185).

Juga sabda Nabi yang berbunyi,

صُومُوا لِرُؤْيَتِهِ وَأَفْطِرُوا لِرُؤْيَتِهِ فَإِنْ حَال بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُ سَحَابَةٌ فَأَكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلاَ تَسْتَقْبِلُوا الشَّهْرَ اسْتِقْبَالاً

Berpuasalah kamu dengan melihat hilal dan berbukalah kamu dengan melihatnya juga. Tetapi bila ada awan yang menghalangi, maka genapkanlah hitungan dan janganlah menyambut bulan baru.” (HR. An-Nasa’i dan Al-Hakim).

Perbedaan-perbedaan tersebut merupakan perbedaan yang bersifat ijtihadi. Tidak perlu menyikapinya dengan berlebihan apalagi menimbulkan sinisme yang justru pada akhirnya merusak keindahan ramadan itu sendiri.

“Apabila seorang hakim menghukumi lalu ia berijtihad, dan ijtihadnya benar, dia akan mendapatkan dua pahala.” Kata Nabi dalam riwayat Bukhari Muslim yang diterima dari Amr bin Ash.  “Apabila ia menghukumi lalu berijtihad, dan ijtihadnya salah, maka dia akan menerima satu pahala” Lanjutnya.

Permasalahan furuiyyah semacam perbedaan penentuan tanggal ini tidaklah menjadi alasan kita untuk saling bercerai berai. Karena jika dilihat perbedaan-perbedaan ini ditimbulkan karena berkembangnya pengetahuan, pembacaan dan diskusi-diskusi yang berkelanjutan.

Persatuan Islam misalnya sebagaimana disampaikan oleh Ust. Usman Burhanudin salah satu anggota Dewan Hisab dan Ru’yat menyebutkan bahwa ormas yang berdiri tahun 1923 ini telah melakukan berbagai perubahan penggunaan metode penentuan tanggal 1 bulan hijriah.

Sebut saja pada 1960 hingga 1995 Persatuan Islam menggunakan metode ijtimak qablal ghurub. Pada tahun 1996 sampai 2011 menggunakan metode wujudul hilal seperti yang digunakan oleh Muhammadiyah hari ini.  Pada tahun 2002 hingga 2012 menggunakan metode Imkanur-ru’yat dengan kriteria tinggi bulan 2° dan Elongasi 3°. Serta pada tahun 2013 hingga sekarang menggunakan metode Imkanur-ru’yat dengan kriteria bulan 3° dan Elongasi 6.4°.

Perkembangan tersebut tidak terlepas dari ijtihad para ulama di Persatuan Islam yang terus berkembang sesuai dengan berkembangnya pembacaan terhadap teks-teks al-quran dan hadits.

Tidak menutup kemungkinan suatu saat akan berubah kembali. Begitupun dengan pemerintah, NU dan Muhammadiyah yang suatu saat bisa saja mengubah hasil ijtihadnya. Hal tersebut tidaklah mengapa dan harus kita sikapi dengan bijak.

Kebijakan kita di dalam melihat realita perbedaan-perbedaan furuiyah semacam ini akan membuat kita semakin memperindah ramadan yang mulia ini. Marilah kita bersatu dalam hal yang sama dan saling menghargai dalam hal-hal yang berbeda.

Jadikanlah bulan ini sebagai bulan seindah persaudaraan. Apapun harakahmu kau adalah saudaraku.

Sumedang, 3 Ramadan 1443 H

Tidak ada komentar

Tinggalkan Komentar

 

BUKU-BUKU

TULISAN AGUS S. SAEFULLAH
DAN KAWAN-KAWAN

Diterbitkan :
Hafidz Qur’an 4,5 tahun
“Tabarak seorang anak yang lahir pada tanggal 22 Februari 2003 dinyatakan lulus oleh penguji dari..
Diterbitkan :
Ulama Gila Baca
“Imam Nawawi dalam sehari mampu membaca 12 buku pelajaran di hadapan guru-gurunya” Kesaksian Abu Hasan..

Agenda Terdekat

Trik menjadi seorang penulis adalah menulis, lalu menulis dan terus menulis.

Galeri Pelatihan

Ahlan wa Sahlan

0 0 4 8 0 7
Total views : 10780
Salam Silaturahmi