“Pangapunten Kyai”. Sahut seorang santri yang bernama Daniel kepada Kyai Dahlan yang sedang menerangkan isi surat Al-Ma’un di Langgar Kidul Kauman.
“Setiap hari kita pengajian selalu membahas surat Al-Ma’un. Padahal di Al-Qur’an ini ada 114 surat, Kyai.” Ia bertanya dengan rasa penasaran yang memuncak.
Kyai Dahlan pun menimpali dengan pertanyaan juga, “Sudah berapa banyak anak yatim dan orang miskin yang kamu santuni, Daniel?” Mendengar itu Daniel pun hanya terdiam.
“Buat apa kita mengaji banyak-banyak surat tapi hanya untuk dihafal?!” Tegas Kyai Pendiri Persyarikatan Muhamamdiyah itu.
“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang salat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari salatnya, orang-orang yang berbuat riya, dan enggan (menolong dengan) barang berguna.” Demikian Allah berfirman dalam Qur’an surat Al-Ma’un ayat 1 sampai ayat 7.
Mereka yang menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan memberi anak yatim dikategorikan sebagai pendusta agama oleh Allah sendiri dalam firman-Nya.
Setegas itu Allah berbicara. Seolah-olah tidak ada bantahan. Bahwa beragama harus memiliki efek horizontal berupa kepekaan terhadap permasalahan-permasalahan sosial. Anak Yatim salah satunya adalah objek yang dititikberatkan dalam surat ini.
Maka wajarlah jika Kyai Dahlan mengulang-ulang mengkaji surat ini, kerana sekedar hafal saja tidak cukup. Kesejatian seorang muslim juga lahir dari hadir ucap dan laku yang mencerminkan ayat-ayat quran dalam kehidupan. Al-Ma’un berbicara tentang anak yatim dan orang miskin, maka “hafal’ dalam pandangan Kyai Dahkan adalah menyantuni dan menolong kehidupan mereka.
“Orang yang memelihara anak yatim di kalangan umat muslimin. memberikannya makan dan minum.” Begitu Rasulullah bersabda sebagiaman diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dari Ibnu Abbas. “Pasti Allah akan masukkan ke dalam surga, kecuali ia melakukan dosa yang tidak bisa diampuni.”
Dalam kesempatan lain Rasulullah menyampaikan sabdanya, “Bila engkau ingin hati menjadi lembut dan damai serta keinginan (yang baik) tercapai, maka sayangilah anak yatim, usaplah kepalanya, dan berilah dia makanan yang seperti engkau makan. Bila itu engkau lakukan, hatimu akan tenang, lembut, serta keinginanmu (yang baik) akan tercapai” Demikian At-Tabrani meriwayatkan.
Kembali kepada Daniel. Ia bernama Asli Muhamad Sudja. Siapa sangka ia yang dulu pernah protes kepada Kyai Dahlan karena mengulang-ulang terus bacaan Surat Al-Ma’un. Selanjutnya benar-benar menjadi pengamal surat Al-Ma’un. Dialah orang yang terus mendukung Kyai Dahlan dalam menciptakan keadilan sosial dalam keberagamaan masyarakat melalui Perysarikatan terbesar di Indonesia yaitu Persyarikatan Muhammadiyah.
Suatu hari ia pernah menggagas pendirian Rumah Sakit Muhammadiyah untuk menolong para yatim dan orang-orang miskin di sekitar. Saat itu mencari dokter cukup susah, belum lagi perizinan yang harus ditempuh terhadap pemerintah kolonial belanda sangat rumit prosedurnya. Karena itu, gagasannya diremehkan bahkan ditertawakan.
Namun, ia tak patah arang. Ia terus berjuang dangan apa yang ia punya. Bersama para koleganya yang masih percaya dengan mimpi besarnya.
Perjuangannya menggelora terus hingga membuahkan hasil. 15 Februari 1923, berdirilah fasilitas kesehatan yang bernama Poliklinik Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKO).
PKO didirikan di kampung Jagang Notoprajan No.72 Yogyakarta lalu Pada tahun 1928 klinik dan poliklinik PKO Muhammadiyah pindah lokasi ke Jalan Ngabean No.12 B Yogyakarta yang hari ini bernama Jalan K.H. Ahmad Dahlan.
Pada tahun 1936 klinik dan poliklinik PKO Muhammadiyah pindah lokasi lagi ke Jalan K.H. Dahlan No. 20 Yogyakarta hingga saat ini.
Walhasil, sejak dipelopori Muhamad Sudja – Sang Santri Muhammadiyah yang mendobrak segala kemustahilan hingga hari ini terus lahir dari rahim Muhammadiyah Lembaga-lembaga yang amat sangat dibutuhkan umat seperti Rumah Sakit, Klinik dan Panti Asuhan untuk Yatim dan Dhuafa. Data majelis Pembina Kesejahteraan Umat (MPKU) pada tahun 2017 Muhammadiyah memiliki 105 Rumah Sakit dan 204 Klinik. Serta menurut data Universitas Muhamamdiyah Malang (UMM) Muhammadiyah memiliki 318 panti asuhan.
Dari Santri untuk Negeri
Dari Muhammadiyah untuk Bangsa
Sang Surya telah bersinar. Allahu Akbar.
Artikel ini telah diterbitkan di kalimatindonesia.id dan dibukukan pada buku “Ibda’ Binafsik” karya Agus S. Saefullah terbitan Rumah Literasi Publishing Tahun 2021
Tinggalkan Komentar