Info Terkini
Kamis, 25 Jul 2024
  • Website berisi tulisan-tulisan Agus S. Saefullah beserta para penulis lainnya
24 Juli 2022

Umat Muslim Krabi di Persimpangan Jalan

Minggu, 24 Juli 2022 Kategori : Founder Way / Naufal A.

Nampaknya tidak terlampau berlebihan jika penulis mencoba memberi tajuk uraian ini seperti di muka. Tajuk dari uraian ini sebenarnya agak terinspirasi dari buku Indonesia di Persimpangan Jalan karangan Mohammad Natsir (1908-1993), seorang tokoh besar Islam Indonesia. Buku yang disusun oleh tokoh besar Islam di Indonesia tersebut berisi uraian berupa gagasan cemerlang dalam merespon situasi Republik Indonesia pada kurun 1980-an.

Ada pun dalam tulisan ini, penulis hendak menguraikan hasil penelaahan dari pelbagai literatur juga pengamatan aktual mengenai sifat khas umat Muslim di Krabi, Thailand, yang hidup di sebuah kawasan yang menjadi titik persimpangan antara alam kebudayaan Siam-Buddha di sebelah utara dan alam kebudayaan Melayu-Islam di sebelah selatan.

Untuk diketahui, secara geografis, Krabi merupakan salah satu provinsi di Thailand yang berada di wilayah sebelah selatan. Ibukota dari provinsi ini memiliki nama yang sama yaitu Krabi. Provinsi Krabi berbatasan langsung dengan Provinsi Trang di bagian timur, Provinsi Surat Thani dan Nakhon Si Thammarat di sebelah utara, serta Provinsi Phang Nga di bagian barat. Sementara itu, lautan lepas yang berdekatan dengan Selat Malaka menjadi pembatas Provinsi Krabi di bagian selatan.

Peta wilayah Provinsi Krabi. (Sumber gambar: Maps of Thailand)

Provinsi Krabi yang berada di sebelah selatan Thailand ini memiliki luas wilayah sebesar 4.708 km² dan terdiri atas delapan wilayah administratif yang biasa disebut distrik. Kedelapan distrik tersebut adalah Mueang Krabi, Khao Phanom, Ko Lanta, Khlong Thom, Ao Luek, Plai Pharaya, Lam Thap, dan Nue Khlong. Masing-masing dari distrik ini terbagi ke dalam jumlah wilayah turunan yang lebih banyak lagi.

Krabi populer sebagai salah satu kawasan di Thailand yang kerapkali dikunjungi oleh para wisatawan dari luar negeri. Pesona pantai yang mampu memikat dan menyegarkan pandangan menjadi alasan utama para pelancong dari belahan negeri yang lain berbondong-bondong berlibur ke Krabi. Oleh karenanya, Krabi termsasuk ke dalam nominasi satu dari empat provinsi di Thailand yang turut berkontribusi menyumbangkan pendapatan terbesar dari sektor pariwisata.

Dilansir dari situs Asian Itinerary, Thomas Gennaro menerangkan bahwa sesungguhnya Krabi adalah salah satu kawasan tertua di Thailand. Hal ini dibuktikan dari beberapa temuan arkeologi yang mengindikasikan Krabi sebagai pusat peradaban manusia purba di Thailand pada sekitar 35.000 – 25.000 S.M.

“After dating archaeological discoveries such as stone tools, ancient colored pictures, heads, pottery and skeletal remains found in the province’s many cliffs and caves, it is thought that Krabi has been home to Homo Sapiens since the period 25,000-35,000 B.C.”, tulis Thomas Gennaro.

Secara historis Krabi pada awalnya masyhur dikenal dengan nama sub-wilayah Pakasai  (setara kecamatan) yang berada di bawah otoritas Provinsi Nakhon Si Thammarat. Nama Krabi baru muncul sebagai kawasan yang terlepas dari otoritas provinsi tersebut manakala Raja Chulalongkorn (Rama V) mengubah identitas Pakasai menjadi Krabi dan meningkatkan status wilayahnya dari setingkat kecamatan menjadi kota pada 1872.

Secara demografis, berdasarkan hasil studi WWF yang berjudul Climate Change Impacts in Krabi Province pada 2007 silam, dinyatakan bahwa terdapat 410,634 jiwa yang menjadi penduduk Krabi. Dari angka sebesar itu, di antaranya terdiri atas 206.048 laki-laki dan 204.586 perempuan. Dalam studi yang sama diterangkan bahwa dari sisi komposisi religi, agama yang paling banyak dianut masyarakat Krabi ialah Budha dengan presentase sebesar 66% lalu disusul oleh Islam sebanyak 33%. Sedangkan, pemeluk agama Kristen dan kepercayaan lainnya hanya berada di kisaran 1% saja.

Sekaitannya dengan asal usul Islam di Krabi, sampai saat ini belum diperoleh sumber yang kredibel. Akan tetapi, secara aktual agama Islam relatif dapat tumbuh subur di beberapa wilayah Thailand Selatan meskipun tidak selalu menjadi pemeluk agama mayoritas, dalam hal ini termasuk juga dengan Krabi.

Sanurdi dalam sebuah artikel berjudul Islam di Thailand (2018) yang diterbitkan oleh jurnal Tasamuh menerangkan bahwa ajaran Islam dikenal untuk pertama kali oleh penduduk Thailand Selatan seiring dengan besarnya pengaruh saudagar-saudagar Islam di Patani yang berkembang menjadi pusat perdagangan terbesar pada sekitar abad ke-13.

Masjid Ao Nang Al-Munawaroh. (Sumber gambar: Dokumen Ammira)

Tidak seperti pola Islamisasi di Nusantara yang relatif dapat diketahui dengan jelas mengenai riwayat para penyebar Islam melalui penuturan lisan secara turun temurun. Di sini belum ditemukan sumber yang cukup meyakinkan mengenai riwayat figur-figur penyebar Islam. Akan tetapi, yang jelas, Islam semakin memperoleh perhatian dari penduduk Thailand Selatan manakala Kesultanan Islam Patani mengukuhkan kekuasaannya sejak abad ke-16 sampai permulaan abad ke-20.

Apabila ditelusuri lebih mendalam, karakteristik umat Muslim di Krabi boleh dikatakan sama persis dengan mayoritas umat Muslim di kawasan Melayu lainnya, terutama Indonesia. Ritus-ritus yang berkembang di sini tampak sangat dipengaruhi doktrin Sunni ortodoks bermazhab Syafi’i atau masyhur dikenal dengan aliran Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja).

Greg Fealy, seorang cendekiawan Barat yang telah mencurahkan sebagian waktunya untuk meneliti perkembangan umat Muslim ortodoks di Indonesia, mengungkapkan dengan cukup jelas mengenai doktrin yang dimaksud dalam buku berjudul Ijtihad Politik Ulama (2003).

“Dalam hal teologi dogmatis, mereka mengikuti al-Asy’ari (873-935) dan, pada urutan berikutnya, al-Maturidi (w. 944), yang ajaran-ajarannya menjadi sendi utama teologi Sunni standar. Dalam hal fiqh, mereka mengacu kepada madzhab Syafi’i, salah satu dari empat madzhab Sunni. Yang terakhir, di bidang sufisme mereka merujuk pada pandangan Junaid al-Baghdadi (w. 911) dan terutama al-Ghazali (1058-1111).”, ujar Greg.

Sebagai kelompok Muslim yang dipengaruhi doktrin tersebut, dalam kenyataannya umat Muslim di Krabi tampak sangat mudah beradaptasi dengan kebudayaan dan kelompok agama lain yang berada di sekelilingnya. Terutama dengan masyarakat Buddha yang menjadi kelompok masyarakat terbesar di samping umat Muslim di Krabi.

Di Provinsi Krabi, pembaca sekalian dapat melihat dengan mudah interaksi yang terjalin secara harmonis antara umat Muslim dengan Buddha. Terutama di kawasan pesisir yang menjadi pusat industri pariwisata sekaligus tempat mayoritas umat Muslim di Krabi menetap. Umat Muslim yang sejak dahulu menempati kawasan pesisir, dalam perkembangannya dapat bersosialisasi dengan baik bersama umat Buddha, seakan-akan tidak ada sekat yang menjadi penghalang di antara mereka.

Pembaca sekalian dapat melihat bukti dari keserasian hubungan antara masyarakat Muslim dengan Buddha di Krabi tepatnya di kawasan pantai Ao Nang. Di daerah ini, pembaca dapat melihat dengan begitu jelas interaksi harmonis antara masyarakat Muslim dengan masyarakat Buddha yang bersama-sama, bahu membahu, mengais rezeki untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Di kawasan ini, pembaca juga dapat melihat fenomena gerai makanan halal yang berdiri tegak berdampingan dengan gerai makanan non-halal. Uniknya, di antara mereka sama sekali tidak dijumpai raut ekspresi yang penuh dengan ketegangan dan tendensi untuk saling memprovokasi. Justru, para pedagang kuliner non-halal biasanya memberitahu kepada para pembelinya bahwa makanan yang dijualnya adalah makanan non-halal.

Sikap untuk saling menghargai dan bertenggang rasa di antara sesama masyarakat di Krabi ditanam pula sejak usia dini melalui lembaga-lembaga pendidikan. Dengan membiasakan diri hidup bersama dalam bingkai keberagaman, generasi muda Muslim di Krabi sudah mengenal betapa pentingnya hidup rukun dan saling mengasihi. Meskipun, kerap kali dijumpai perbedaan yang mencolok antara keyakinan para guru  dengan murid-murid. Mereka semuanya tampak begitu kompak dan serasi menjalankan aktivitas secara kolektif baik di dalam sekolah maupun luar sekolah.

Keharmonisan hubungan antara umat Muslim Krabi dengan pemeluk agama lain menjadi cerminan manifestasi konkret dari substansi ajaran Islam yang menghendaki perdamaian di tengah umat manusia. Umat Muslim Krabi yang hidup di titik persimpangan Negeri Gajah Putih ini tidak hanya menjadikan visi besar Islam yang terkandung dalam ayat “dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.” (QS. Al-Anbiya: 107) menggantung di langit yang menjulang tinggi. Melainkan, sukses untuk membuatnya membumi sehingga benar-benar berdampak menjadi rahmat bagi kehidupan di sekekelingnya.

Bumi Allah, Krabi, Ahad 24 Juli 2022

Penulis:
Naufal A.
Peserta KKN dan PPL Internasional di Thailand Periode I 2022

Tidak ada komentar

Tinggalkan Komentar

 

BUKU-BUKU

TULISAN AGUS S. SAEFULLAH
DAN KAWAN-KAWAN

Diterbitkan :
Hafidz Qur’an 4,5 tahun
“Tabarak seorang anak yang lahir pada tanggal 22 Februari 2003 dinyatakan lulus oleh penguji dari..
Diterbitkan :
Ulama Gila Baca
“Imam Nawawi dalam sehari mampu membaca 12 buku pelajaran di hadapan guru-gurunya” Kesaksian Abu Hasan..

Agenda Terdekat

Trik menjadi seorang penulis adalah menulis, lalu menulis dan terus menulis.

Galeri Pelatihan

Ahlan wa Sahlan

0 0 4 7 9 6
Total views : 10759
Salam Silaturahmi