Info Terkini
Sabtu, 27 Jul 2024
  • Website berisi tulisan-tulisan Agus S. Saefullah beserta para penulis lainnya
9 Juli 2022

Qurban: Menegaskan Tauhid dan Membahagiakan Sesama

Sabtu, 9 Juli 2022 Kategori : Agus S. Saefullah / Founder Way

Tahun 1812 terjadi invasi besar-besaran yang dilakukan oleh Napoleon Bonaparte bersama Grande Armeenya ke wilayah Kekaisaran Rusia. Mikhail Kutuzov pemimpin Rusia menyambut penyerangan itu dengan kekuatan penuh.

Meski pada akhirnya peperangan ini dimenangkan oleh Kekaisaran Rusia namun di dalam dinamikanya terjadi pengkhianatan sekian banyak pasukan yang mangkir dari tugas membela Rusia sebagai tanah airnya.

Konon katanya ketika beberapa pasukan Rusia itu ditanya alasan mengapa mangkir dari peperangan. Mereka menjawab “bagi kami yang tidak mempercayai adanya tuhan, mati sebagai pahlawan pembela negara atau mati sebagai pengkhianat sama saja”.

Tentu pemahaman itu logis bagi mereka, mereka tidak mempercayai adanya hari akhir dan pembalasan sebagai konsekuensi logis atas ketidakpercayaannya terhadap adanya tuhan.

Maka mari kita sedikit bergeser kepada kisah kedua orang ayah dan anak yang beriman lagi salih yaitu Ibrahim dan Ismail alaihimaa salam.

Dalam Al-Qur’an surat As-Safat beberapa ayat mengisahkan tafsir atas mimpi sang ayah Ibrahim alaihisalam yang diperintahkan oleh Allah untuk menyembelih anak yang sangat ia cintai.

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ

Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu?” Ia menjawab, “Wahai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (QS. As-Saffat: 102)

Ketika Isma’il berada dalam usia gulam dan ia telah sampai pada usia sa’ya, yaitu usia di mana anak tersebut sudah mampu bekerja.

Sungguh berat Ibrahim atas perintah ini, namun rasa beratnya tidak memudarkan taatnya kepada Dia Dzat Yang Maha Rahman.

Maka dibaringkanlah Ismail alaihissalam,

فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ

Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya di atas pelipisnya, (nyatalah kesabaran keduanya).” (QS. As-Saffat: 103)

وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ

Dan Kami memanggilnya, “Hai Ibrahim.” (QS. As-Saffat: 104)

قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ

Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. As-Saffat: 105)

إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ

Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.” (QS. As-Saffat: 106)

Ternyata Malaikat Jibril alaihissalam sudah menyiapkan seekor kambing untuk menggantikan posisi Ismail yang hendak disembelih ayahnya.

وَفَدَيْنٰهُ بِذِبْحٍ عَظِيْمٍ

 “Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.”( QS. As-Saffat: 107)

وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِى الْاٰخِرِيْنَ ۖ

“Dan Kami abadikan untuk Ibrahim (pujian) di kalangan orang-orang yang datang kemudian,” (QS. As-Saffat: 108)

سَلٰمٌ عَلٰٓى اِبْرٰهِيْمَ

 ”Selamat sejahtera bagi Ibrahim.” (QS. As-Saffat: 109)

كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ

Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.” (110).

إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُؤْمِنِينَ

Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman.” (QS. As-Saffat: 111).

Dari kisah di atas terpetik hikmah bahwa senyatanyapun ujian itu di hadapan mata. Ibrahim tahu betul dengan melakukan penyembelihan dia akan kehilangan anaknya untuk selama-lamanya. Sementara Ismail adalah anak yang diidam-idamkan dalam doa-doanya sepanjang waktu yang baru Allah kabulkan di usianya yang sangat-sangat senja. Tetapi kekuatan tauhid inilah yang mendorongnya untuk tetap taat pada perintah.

Terpatri keimanan dalam jiwa Ibrahim juga Ismail alaihimaa salam bahwa apa yang mereka perbuat tidaklah sia-sia. Sepahit apapun perintah keimanannya mengatakan bahwa “ini pasti berujung bahagia”.

Inillah yang membedakan gerak langkah pasukan Rusia yang atheis dengan Ibrahim dan Ismail yang beriman. Jika mereka tidak percaya akan tuhan maka hidupnya tidaklah mengarah kepada sutau tujuan yang pasti. Maka tidak ada artinya melakukan pengorbanan. Adapun Ibrahim dan Ismial yakin dengan adanya Tuhan dan hari pembalasan, maka pengorbanan menjadi sangat berarti.

 

Qurban Menegaskan Tauhid

Pengorbanan itu dihadirkan karena adanya keyakinan bahwa kita semua akan kembali kepadanya,

وَلَوْ شَاۤءَ اللّٰهُ لَجَعَلَكُمْ اُمَّةً وَّاحِدَةً وَّلٰكِنْ لِّيَبْلُوَكُمْ فِيْ مَآ اٰتٰىكُمْ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرٰتِۗ اِلَى اللّٰهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيْعًا

“… kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali…”(Q.S. Al-Maidah : 48)

Tauhid menjadi landasakan hidup karena Allah adalah tempat kembali. Pengorbanan menjadi pembuktian. Ujian dihadapi dengan sabar sebagai senjata. Maka Allah ridha kepada keduanya.

Anas bin Malik menyampaikan sabda baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ فَمَنْ رَضِىَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ

Sesungguhnya pahala besar karena balasan untuk ujian yang berat. Sungguh, jika Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan menimpakan ujian untuk mereka. Barangsiapa yang ridho, maka ia yang akan meraih ridho Allah. Barangsiapa siapa yang tidak suka, maka Allah pun akan murka.” (HR. Ibnu Majah)

 

Qurban Membahagiakan Sesama

Tahun 628 M ketika itu Kaisar Heraklius memanggil Abu Sufyan yang sedang berdagang di Romawi untuk ditanyai mengenai orang yang telah menyuratinya. Banyak pertanyaan yang dilontarkan Kaisar kepada Abu Sufyan. Salah satunya adalah “Apakah ia diikuti oleh pemuka-pemuka masyarakat atau orang-orang lemah?””

Pengikutnya adatah orang-orang lemah” Kata Abu Sufyan.

Pertanyaan itu confirmed terhadap rasa yakin Heraklis pada basyariah yang disebutkan injil akan kelahiran utusan Allah di akhir zaman.

Utusan Allah yang sangat dekat dengan orang-orang lemah karena kemiskinan dan status sosial yang direndahkan oleh kejahiliyahan.

Itulah Rasulullah, dia manusia yang teramat mulia. Keteladannya bahkan diakui oleh mereka-mereka yang tidak mengikuti sekalipun.

Cara terbaik mendekatkan diri kepada Allah adalah dengan mendekatkan diri kepda orang-orang miskin sebagaimana dicontohkan oleh junjunan kita Rasulullah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berwasiat pada Abu Dzar Al Ghifari di mana Abu Dzar berkata,

أَوْصَانِيْ خَلِيْلِي بِسَبْعٍ : بِحُبِّ الْمَسَاكِيْنِ وَأَنْ أَدْنُوَ مِنْهُمْ

وَأَنْ أَنْظُرَ إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلُ مِنِّي وَلاَ أَنْظُرَ إِلَى مَنْ هُوَ فَوقِيْ، وَأَنْ أَصِلَ رَحِمِيْ وَإِنْ جَفَانِيْ

 وَأَنْ أُكْثِرَ مِنْ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ

 وَأَنْ أَتَكَلَّمَ بِمُرِّ الْحَقِّ

 وَلاَ تَأْخُذْنِيْ فِي اللهِ لَوْمَةُ لاَئِمٍ

 وَأَنْ لاَ أَسْأَلَ النَّاسَ شَيْئًا

Kekasihku (Rasulullah) shallallahu ‘alaihi wa sallam berwasiat kepadaku dengan tujuh hal: (1) supaya aku mencintai orang-orang miskin dan dekat dengan mereka,

 (2) beliau memerintahkan aku agar aku melihat kepada orang yang berada di bawahku dan tidak melihat kepada orang yang berada di atasku,

(3) beliau memerintahkan agar aku menyambung silaturahmiku meskipun mereka berlaku kasar kepadaku,

(4) aku dianjurkan agar memperbanyak ucapan laa hawla wa laa quwwata illa billah (tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah),

(5) aku diperintah untuk mengatakan kebenaran meskipun pahit,

 (6) beliau berwasiat agar aku tidak takut celaan orang yang mencela dalam berdakwah kepada Allah, dan

(7) beliau menasehatiku agar tidak meminta-minta sesuatu pun kepada manusia” (HR. Ahmad)

Setelah dekat maka bantulah mereka dengan meringankan beban hidupnya dengan kewajiban zakat dan sedekah.

Diantara sedekahnya yaitu berbentuk Qurban pada bulan Dzulhijjah ini. Kemiskinan sangat dekat dengan kelaparan dan kekurangan nutrisi. Qurban harus dijadikan momentum untuk memberi mereka perbaikan gizi. Daging sapi dan kambing yang sangat mahal harganya tentu sangat jarang didapatkan oleh mereka.  Di hari raya ini tebarkanlah kebahagiaan bagi mereka dengan memprioritaskan daging qurban terbaik.

Semoga dengan memperioritaskan mereka, kita semua termasuk diantara orang-orang yang dekat dengan Rasululllah. Karena Rasulullah dekat dengan mereka. Juga semoga meringankan hisab kita semua di hadapan Allah di akhirat kelak.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ…

Barangsiapa menghilangkan satu kesusahan dunia dari seorang mukmin, Allah akan menghilangkan darinya satu kesusahan di hari Kiamat. Dan barangsiapa yang memudahkan kesulitan orang yang dililit hutang, Allah akan memudahkan atasnya di dunia dan akhirat ” (HR. Muslim no. 2699).

 

 

Kota Wali, 10 Dzulhijjah 2022

21.45 WIB

 

 

Tidak ada komentar

Tinggalkan Komentar

 

BUKU-BUKU

TULISAN AGUS S. SAEFULLAH
DAN KAWAN-KAWAN

Diterbitkan :
Hafidz Qur’an 4,5 tahun
“Tabarak seorang anak yang lahir pada tanggal 22 Februari 2003 dinyatakan lulus oleh penguji dari..
Diterbitkan :
Ulama Gila Baca
“Imam Nawawi dalam sehari mampu membaca 12 buku pelajaran di hadapan guru-gurunya” Kesaksian Abu Hasan..

Agenda Terdekat

Trik menjadi seorang penulis adalah menulis, lalu menulis dan terus menulis.

Galeri Pelatihan

Ahlan wa Sahlan

0 0 4 8 0 7
Total views : 10780
Salam Silaturahmi