Masyarakat jawa nampaknya sudah tidak asing lagi dengan istilah prepegan. Memasuki akhir bulan ramadhan,sekitar H-7 Idul Fitri masyarakat kaum muslim identik mengunjungi pasar untuk membeli kebutuhan lebaran. Inilah salah satu bentuk banyaknya pengeluaran yang harus dibelanjakan pada saat Ramadhan. Pasalnya prepegan juga diikuti dengan naiknya harga pokok. Seperti yang terpantau di Pasar Karanggendot, Cilacap, Jawa Tengah tercatat kenaikan terjadi pada sayuran dan bumbu dapur. Harga cabai merah keriting yang mulanya hanya Rp40.000/kg naik menjadi Rp80.000/kg. Disusul kenaikan bawang merah dan putih yang mencapai Rp60.000 dan Rp55.000.
Ramdhan 1443 merupakan Ramadhan istimewa. Terjadi kelangkaan minyak dimana-mana. Kontruksi perekonomian Indonesia nampak terguncang oleh kelangkaan minyak yang terjadi pula disaat keadaan new normal pasca pandemic Covid-19. Harga minyak kemasan mencapai Rp.22.000-Rp.32.000/liter. Bahkan masyarakat rela berantrian, menunggu toko sejak dini hari. Hingga pada akhirnya, pemerintah menetapkan harga minyak kemasan sebesar Rp.24.000/liter. Karena minyak kemasan membumbung tinggi, otomatis masyarakat beralih pada minyak curang. Namun anehnya, minyak curah bak ditelan bumi.
Barang-barang unik yang hanya dijual saat prepegan yaitu kulit ketupat yang terbuat dari janur, yaitu daun kelapa yang masih muda berwarna kuning. Masyarakat kebanyakan membeli kulit ketupat dibandingkan ketupat yang sudah jadi dikarenakan agar dapat menambah vibes Ramadhan dalam keluarga. Biasanya ketupat janur dihidangkan dengan opor ayam, gulai kambing, dan pecel sayur. Penjual cukup berada di pinggir jalan pasar dan tidak perlu menyewa kios. Karena memang dagangan ini bersifat musiman. Dijual dengan harga Rp.5.000-Rp.7.000/10 biji. Selain kulit ketupat, pedagang asongan juga menjual aneka bentuk dan gambar angpau atau amplop untuk diberikan kepada anak-anak kecil. Gambar dapat berupa kartun yang sedang booming dan bentuk-bentuk yang lucu lainnya yang juga disenangi anak-anak.
Ditengah hirup pikuk ekonomi yang melanda, prepegan di bulan Ramadhan tetap masih seperti biasanya. Umat muslim berbondong-bondong membeli baju, kue lebaran, atau parcel untuk keluarga dan handai taulan. Artinya, pandemi tidak menghilangkan esensi dari prepegan karena prepegan ini memang sudah menjadi budaya tahunan di bulan Ramadhan.
Tinggalkan Komentar