Info Terkini
Kamis, 21 Nov 2024
  • Website berisi tulisan-tulisan Agus S. Saefullah beserta para penulis lainnya
9 Juli 2022

Memoar Perjalananku di Thailand (8)

Sabtu, 9 Juli 2022 Kategori : Founder Way / Naufal A.

Betapa bahagianya hati saya manakala hari ini melihat unggahan dari sejumlah saudara dan kawan saya di Indonesia melalui media sosial. Betapa tidak, bagi saya hari ini adalah hari yang monumental sekaligus unik. Pasalnya, Kaum Muslimin di Indonesia menyambut hari raya Iedul Adha dalam dua waktu yang berbeda.

Kira-kira separuh dari 230 juta Kaum Muslimin Indonesia menyambut hari raya Iedul Adha dengan gempita pada hari ini. Sementara, sebagiannya lagi akan menyambutnya dengan penuh antusias pada hari esok.

Saya sendiri hendak merayakan Iedul Adha di sini pada hari esok, Ahad 10 Juli. Sama halnya dengan separuh dari total populasi Kaum Muslimin di Indonesia yang mengikuti ketetapan sidang itsbat yang diterbitkan oleh Pemerintah Republik Indonesia bersama dengan sejumlah organisasi masyarakat Islam.

Pada hari ini saya sudah memasuki jadwal libur panjang Iedul Adha. Tidak seperti di Indonesia yang biasanya memberi waktu cuti relatif singkat untuk hari raya Iedul Adha, di sini saya mendapatkan waktu cuti yang relatif panjang yakni selama satu pekan. Sementara, kalau dihitung secara keseluruhan dengan waktu libur sekolah ini yang jatuh pada setiap Sabtu dan Ahad. Maka, jumlah total hari cuti yang saya dapatkan yaitu sebanyak 10 hari.

Berhubung besok saya akan merayakan Iedul Adha, hari ini saya melaksanakan Saum Arafah. Saya berusaha sekuat tenaga untuk menunaikan amalan yang keutamaannya telah dijanjikan oleh Rasulullah Saw. ini. Sebab, dalam sebuah hadis, Rasulullah Saw. menjanjikan kepada para pengikutnya bahwa barangsiapa yang melaksanakan Saum Arafah maka baginya ialah pengampunan atas seluruh dosa yang telah dilakukan pada setahun sebelumnya juga setahun yang akan datang.

Dalam menunaikan Saum Arafah kali ini saya tidak sempat untuk melaksanakan sahur karena saya bangun terlampau siang. Sekali pun demikian, saya bertekad untuk melaksanakan amalan istimewa ini. Sehingga, saya pun lekas mengencangkan niat Saum Arafah sejak pagi tadi juga.

Sejauh ini, rasa lapar dan haus sama sekali tidak menjadi hambatan bagi saya walaupun suhu udara di sini mencapai 31° celcius. Saya percaya hal ini tiada lain disebabkan karena keberkahan yang saya dan Rangga alami semalam.

Pembaca yang budiman, untuk kesekian kalinya saya merasa dibahagiakan oleh masyarakat di sekitar sekolah ini. Tepatnya semalam yang lalu, saya percaya bahwa buah keberkahan telah jatuh kepada kami berdua melewati perantaraan masyarakat di sini. Untuk itulah perkenankan saya di sini menguraikan sedikit pengalaman yang saya dapatkan semalam.

Semalam yang lalu, Jazirahpithayanusorn School dan sekitarnya diliputi oleh kegelapan. Tidak seperti biasanya, gelap ini dipicu oleh listrik yang padam sejak sore menjelang Magrib. Beruntung, di tengah kegelapan itulah, beberapa guru berdatangan ke sekolah untuk mengantarkan lilin menuju kamar kami sehingga seisi kamar kami mendapat penerangan dari nyala lilin pemberian mereka.

Keadaan gelap ini berlangsung cukup lama terhitung sejak pukul 17.00 sampai akhirnya listrik menyala kembali pada sekitar pukul 21.00. Sejak listrik mulai menyala, Rangga mengajak saya pergi ke warung untuk membeli makanan. Tanpa menunggu terlalu lama, saya pun membersamainya keluar kamar.

Keadaan di lapangan dalam kenyataannya tidak sesuai dengan yang kami harapkan. Cahaya lentera yang biasanya terdapat di sekeliling warung sudah tak nampak lagi. Rupanya, setelah kami datangi, warung tersebut sudah tutup. Dengan penuh penasaran, sebenarnya saya hendak melanjutkan perjalanan untuk mencari warung lagi tetapi dicegah oleh Rangga. Maka, kami berdua balik kanan kembali ke sekolah dengan niat memeriksa stok makanan yang tersedia di kantin.

Dalam perjalanan pulang, tiba-tiba seorang pria tua melambaikan tangan kepada kami sambil berbicara dalam bahasa Thai dari pelataran rumahnya. Pria ini ingin kami bedua datang ke rumahnya. Kami yang saat itu sedang berjalan otomatis menghampiri pria tua ini lalu menyalaminya.

Kami yang tidak bisa bercakap-cakap lama karena lawan bicara tidak bisa berbahasa Inggris dan Melayu, tiba-tiba menyodorkan sejenis dodol Garut dan kue basah dalam sebuah loyang kecil. Menyusul hidangan pertama, istri pria tersebut keluar dari dalam rumah, menyodorkan lagi makanan dan minuman yang lebih banyak seperti kue malkist, bubuk kopi, bahkan nasi plus dengan gulai ayam dan seafood. Masya Allah, sungguh luar biasa.

Saya yang cukup kaget dengan kedatangan hidangan ini sontak agak sedikit berkelakar dengan Rangga. Kami berdua sedikit tertawa  sambil mengucap syukur karena merasa diberkahi Allah Swt. Tanpa banyak bicara, kami berdua langsung menyampaikan ungkapan terima kasih menggunakan bahasa Inggris dan mengapresiasi kelezatan makanan yang ditawarkan oleh pria ini sembari menggunakan bahasa isyarat. Tanpa berlama-lama, kami berdua langsung menyantap beberapa hidangan yang sudah disajikan di sebuah meja pelataran rumah pria tua itu.

Seiring waktu, bapak-bapak lain yang sepertinya adalah tetangga pria tua ini menghampiri kami yang sedang asyik menikmati hidangan gratis. Kebanyakan di antara mereka bercakap-cakap menggunakan bahasa Thai. Hanya ada seorang saja di antara mereka yang kedengarannya sedikit mengerti bahasa Melayu.

Berhubung hari semakin malam dan percakapan antara bapak-bapak di sekeliling kami tampak semakin asyik. Kami berdua lantas berpamitan sembari mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada pria tua yang telah memberikan makan malam gratis ini selepas itu kami pun lekas kembali ke sekolah.

Demikianlah, pengalaman yang saya dapatkan semalam. Sesampainya di kamar saya mencoba mengurai hikmah dari kejadian itu lalu mengabarkannya kepada sejumlah kawan di media sosial. Tentu saja dengan tidak lupa menyebut-nyebut kemurahan hati pria beserta istrinya yang sudah menyajikan hidangan makan malam untuk kami. Disebabkan dengan hidangan makan malam itulah hari ini saya menjadi merasa kuat untuk menunaikan Saum Arafah.

Alhamdulillah ‘ala kulli haal atas segala keberkahan yang telah Allah Swt. limpahkan kepada hamba-hamba-Nya.

Sebelum uraian ini diakhiri, terlebih dahulu saya ingin menyampaikan selamat hari raya Iedul Adha 1443 Hijriyah untuk Kaum Muslimin di seluruh dunia. Semoga momentum ini menjadi wasilah bagi kita untuk semakin takwa kepada Allah Swt.

Sekian yang dapat saya sampaikan melalui uraian ini. Semoga catatan hari ini mengandung manfaat bagi pembaca sekalian. Aamiin.

Bumi Allah, Krabi, Sabtu 9 Juli 2022.

Tulisan Lainnya

Tidak ada komentar

Tinggalkan Komentar

 

BUKU-BUKU

TULISAN AGUS S. SAEFULLAH
DAN KAWAN-KAWAN

Diterbitkan :
Hafidz Qur’an 4,5 tahun
“Tabarak seorang anak yang lahir pada tanggal 22 Februari 2003 dinyatakan lulus oleh penguji dari..
Diterbitkan :
Ulama Gila Baca
“Imam Nawawi dalam sehari mampu membaca 12 buku pelajaran di hadapan guru-gurunya” Kesaksian Abu Hasan..

Agenda Terdekat

Trik menjadi seorang penulis adalah menulis, lalu menulis dan terus menulis.

Galeri Pelatihan

Ahlan wa Sahlan

0 0 5 7 8 3
Total views : 12269
Salam Silaturahmi