Info Terkini
Sabtu, 27 Jul 2024
  • Website berisi tulisan-tulisan Agus S. Saefullah beserta para penulis lainnya
5 Juli 2022

Memoar Perjalananku di Thailand (4)

Selasa, 5 Juli 2022 Kategori : Founder Way / Naufal A. / Uncategorized

Dalam catatan ini saya tidak akan menguraikan terlalu panjang mengenai aktivitas hari ini. Saya masih sangat terkesan dengan antusiasme sambutan murid-murid Jazirahpithayanusorn School dan anak-anak kampung Pulau Tengoh kepada kami selaku peserta KKN dan PPL Internasional 2022 yang bermula sejak kemarin.

Sebelum menguraikan lebih jauh, saya juga merasa berkepentingan untuk memperbaiki kekeliruan informasi yang terdapat pada catatan harian pertama. Bahwa yang sebenarnya, koridor utama sekolah Jazirahpithayanusorn School ini terdiri atas 4 ruangan. Saya baru sadar ihwal ini manakala tadi siang sekitar pukul 12.00 siang masuk ke koridor kelas Mattayom, jenjang sekolah yang setingkat SMP kalau di Indonesia.

Kembali pada narasi pokok yang hendak disorot dalam catatan ini. Saya baru pertama kali berjumpa secara langsung dengan murid-murid Jazirahpithayanusorn School pada hari kemarin, Senin 4 Juli 2022. Di saat sekolah ini mulai melangsungkan aktivitas belajar dan mengajar.

Keceriaan murid-murid TK Jazirahpithayanusorn School. (Sumber gambar: Dokumen Pribadi).

Saya memulai interaksi secara lebih dalam bersama murid-murid sekolah ini di jenjang Mattayom. Bersama dengan Rangga, kami berdua memperkenalkan diri kepada murid-murid yang usianya sudah mencapai belasan tahun. Dengan menggunakan bahasa Inggris, rupanya mereka tidak memahami isi pembicaraan kami. Untungnya, kami berdua dibantu oleh tiga orang guru yang bertindak sebagai penerjemah ke dalam bahasa Thai.

Kendati mereka tidak terlalu memahami maksud pembicaraan kami secara utuh, ternyata hampir kebanyakan di antara mereka selalu menanggapinya dengan antusias. Sambil tersenyum bahkan tertawa karena tidak mengerti, murid-murid jenjang Mattayom ini melakukan hal yang sebaliknya yakni berbicara dengan kami menggunakan bahasa Thai. Maka, otomatis, kami pun langsung takluk, mengakui ketidakmampuan kami dalam berbahasa Thai.

Hal yang lucu terjadi saat kami berada di kelas Mattayom kemarin. Saat Rangga berbicara di depan murid-murid, ia menghimbau kepada mereka untuk bersedia mengajari kami berdua bahasa Thai. Rupanya, himbauan ini langsung di-ACC dalam kesempatan itu juga. Satu per satu murid mencoba mengajari kami bahasa Thai. Sementara, kami mengikuti instruksi murid-murid kelas ini untuk mengeja beberapa kosakata dalam bahasa Thai. Tentu saja aktivitas ini dibantu oleh guru-guru yang menerjemahkan makna dari setiap kata bahasa Thai tersebut ke dalam bahasa Inggris atau Melayu.

Aktivitas KBM di jenjang Prathom, setara SD di Indonesia. (Sumber gambar: Dokumen Pribadi).

Persentuhan saya dengan murid-murid sekolah ini berlanjut di luar KBM. Manakala waktu sudah memasuki sore hari, beberapa murid Jazirahpithayanusorn School serta beberapa anak yang tampaknya berasal dari daerah sini masuk ke ruang tempat tidur kami. Tiga orang anak lelaki berumur sekitar 6-9 tahun masuk ke kamar kami. Tiga bocah ini kalau tidak salah namanya; Arat, Rizki, dan Salim. Lantas saya pun mengajak anak-anak ini untuk menonton beberapa video animasi yang untungnya sudah saya siapkan semalam. Kehadiran tiga bocah ini ternyata mengundang kedatangan bocah-bocah yang lain. Dengan begitu, suasana kamar kami pun menjadi hangat dengan kedatangan mereka.

Waktu magrib tiba pada pukul 18.50-an, seluruh anak-anak tadi pergi ke ruang kelas sebelah yang ternyata menjadi tempat salat dan mengaji mereka. Terdapat sekitar 20-30 orang anak di sini dan di sini pula saya bertemu lagi dengan Pak Abdul Aziz, guru PAI muda Jazirahpithayanusorn School. Setelah salat magrib selesai, anak-anak yang tadi sore datang ke kamar kami lekas mendatangi saya dan meminta supaya dibimbing membaca buku latihan baca Al-Qur’an khas Thailand, semacam Iqra kalau di Indonesia.

Kendati anak-anak ini selalu tidak nyambung berbicara dengan saya tetapi mereka tampak antusias mengelilingi dan membersamai saya. Mereka tampak sekali ingin mendapatkan perhatian dari saya. Untuk itu, saya berusaha sebisa mungkin untuk tidak mengecewakan keinginan kuat mereka.

Interaksi lebih lanjut saya lakukan pula hari ini, pada Selasa 5 Juli. Saya memulai interaksi dengan murid-murid Jazirahpithayanusorn School sejak pagi hari seiring dengan masuknya murid-murid ke sekolah. Sekaitannya dengan ini, saya cukup kaget ketika seorang murid mengetuk-ngetuk pintu kamar yang sengaja ditutup. Ketika saya buka rupanya Arat, seorang murid Prathom (setingkat SD) masuk ke kamar  dengan raut wajah yang sedih, berlinang air mata. Saya pun bertanya padanya menggunakan bahasa Inggris karena tidak paham bahasa Thai. Dia meresponnya menggunakan bahasa Thai. Sambil membawa segelas es teh, Arat bercakap-cakap dengan saya sambil menunjuk  pintu kamari kami berdua.

Sampai saat ini saya tidak paham dengan maksud pembicaraan Arat namun menurut asumsi saya, Arat sedih ketika pintu kamar kami dikunci. Sebab, kalau pintu ini dibuka Arat seringkali masuk dan kadangkala membawa teman-teman seusianya masuk untuk berinteraksi dengan kami berdua. Sementara, maksud kami menutup pintu ini ialah karena sebenarnya malu kalau nanti guru-guru melihat kami sedang rebahan di kelas yang kini jadi tempat tidur kami.

Pada sekitar pukul 12.00, interaksi saya bersama anak-anak jenjang Mattayom dimulai. Oleh karenanya, saya bertemu kembali dengan sejumlah murid Mattayom yang kemarin sudah berkenalan dengan saya. Seingat saya, beberapa murid yang saya temui lagi di kelas Mattayom tadi siang yaitu Muna, Tasneem, Chamin, Abbas, dan Bayee. Sementara, murid-murid Mattayom yang lainnya baru saya kenali hari ini.

Murid-murid sekolah jenjang Prathom. (Sumber gambar: Dokumen pribadi).

Interaksi bersama anak-anak Pulau Tengoh saya lakukan di luar area sekolah ini. Setelah bangun tidur siang lalu menunaikan salat Ashar di mushala sekolah pada sekitar pukul 16.00 sore, saya menyengaja untuk pergi ke warung di bagian selatan sekolah ini. Sesudah itu, saya mendatangi anak-anak yang sedang duduk-duduk di lapangan utama sekolah yang satunya lagi. Sama seperti murid-murid Jazirahpithayanusorn School, rupanya mereka juga tidak memahami bahasa Inggris dan Melayu. Mereka hanya bisa senyum-senyum keheranan manakala saya berbicara menggunakan bahasa Inggris.

Pembicaraan dengan anak-anak sore tadi dilanjutkan dengan permainan bola voli. Seperti yang saya duga sebelumnya, aktivitas saya bersama anak-anak ini mengundang anak-anak yang lain ke lokasi tempat saya bermain bola voli. Semakin banyak anak-anak yang berada di dekat saya, maka semakin ramai juga suasana sore tadi.

Saya amat menikmati suasana yang hangat bersama anak-anak di sini. Meskipun, pada dasarnya saya sadar bahwa hubungan antara saya dengan mereka dipisahkan dengan jurang yang amat dalam terutama dalam hal komunikasi. Namun, bagi saya, hal demikian tidak menjadi penghalang untuk tetap terhubung dengan kebahagiaan yang selalu tampak pada raut ekspresi mereka. Demikianlah, semoga tulisan hari ini memberi manfaat. Aamiin.

Bumi Allah, Krabi, 5 Juli 2022.

Tulisan Lainnya

Tidak ada komentar

Tinggalkan Komentar

 

BUKU-BUKU

TULISAN AGUS S. SAEFULLAH
DAN KAWAN-KAWAN

Diterbitkan :
Hafidz Qur’an 4,5 tahun
“Tabarak seorang anak yang lahir pada tanggal 22 Februari 2003 dinyatakan lulus oleh penguji dari..
Diterbitkan :
Ulama Gila Baca
“Imam Nawawi dalam sehari mampu membaca 12 buku pelajaran di hadapan guru-gurunya” Kesaksian Abu Hasan..

Agenda Terdekat

Trik menjadi seorang penulis adalah menulis, lalu menulis dan terus menulis.

Galeri Pelatihan

Ahlan wa Sahlan

0 0 4 8 0 7
Total views : 10780
Salam Silaturahmi