Info Terkini
Rabu, 09 Okt 2024
  • Website berisi tulisan-tulisan Agus S. Saefullah beserta para penulis lainnya
3 Juli 2022

Memoar Perjalananku di Thailand (2)

Minggu, 3 Juli 2022 Kategori : Founder Way / Naufal A.

Saya jadi teringat dengan isi ceramah yang disampaikan oleh Kang Muhammad Elvandi, seorang mubalig milenial asal Kota Bandung. Dalam sebuah ceramahnya, ia menerangkan sekilas mengenai hikmah dari aktivitas perjalanan atau dalam bahasa Arabnya yaitu rihlah. Menurutnya, perjalanan dapat membuka tabir cakralawa pemikiran manusia terhadap kompleksitas dunia. Perjalanan dapat menjadi salah satu wasilah bagi manusia untuk meraih kebijaksanaan. Seingat saya dalam menerangkan hal ini, Kang Elvandi mengutip sebuah ayat Al-Qur’an. Kalau tidak salah, beginilah ayatnya:

“Katakanlah, berjalanlah di bumi, maka perhatikanlah bagaimana (Allah) memulai penciptaan (makhluk), kemudian Allah menjadikan kejadian yang akhir. Sungguh, Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-‘Ankabut 29: Ayat 20)

Atas dasar itulah, setelah memoar pertama saya terbit, rasa antusias untuk berbagi pengalaman melalui tulisan-tulisan ringan semakin tinggi dalam hati saya. Kendati, saya selalu sadar diri bahwa adagium “tak ada gading yang tak retak” tetap berlaku namun saya pun selalu berharap agar pembaca sekalian dapat ikut merasakan perjalanan saya melalui uraian yang amat sederhana ini.

Pembaca yang budiman, bagi saya hari ini, Ahad 3 Juli, berbeda dengan hari sebelumnya. Selain karena berbeda nama harinya, menurut saya aktivitas yang dilakukan pun berbeda sekali. Jika kemarin saya hanya mampu beraktivitas di sekeliling Jazirahpithayanusorn School dan Pulau Tengoh, maka hari ini saya bersama Rangga berkesempatan juga diajak jalan-jalan oleh Ustadz Yusuf berkeliling ke daerah perkotaan yang aktivitas manusianya paling hectic di Provinsi Krabi.

Kami berdua bertolak dari Jazirahpithayanusorn School kira-kira pada pukul 08.30 pagi. Kemudian, berangkat menempuh perjalanan darat dari Pulau Tengoh selama 15 – 20 menit mengendarai tuktuk. Tidak seperti dua hari sebelumnya, kami melakukan perjalanan di kala langit sedang terang benderang. Selepas itu, kami menaiki perahu di dermaga Pulau Tengoh untuk menyeberang ke daerah perkotaan selama 5 menit untuk bisa mengendari mobil milik Ustadz Yusuf.

Awalnya saya mengira Ustadz Yusuf hendak membawa kami berdua ke pantai Ao Nang. Sebab, selama saya membuka GMaps di dalam mobil, mobil yang kami tumpangi melaju ke arah pantai Ao Nang. Tetapi rupanya beliau membawa kami ke  Ao Nang Great Soccer sebuah tempat bermain sepak bola (minisoccer) di Ao Nang yang cukup ramai oleh aktivitas para pemain dan penonton.

Sesampainya di lokasi pertandingan minisoccer ini, saya sempat berbincang dengan Bapak Abdul Manan, kawan Ustadz Yusuf yang tampak sedang asyik menyaksikan jalannya pertandingan. Saya memberanikan diri berbincang dengannya menggunakan bahasa Inggris. Walaupun sebenarnya saya sadar bahwa kemampuan berbicara dalam bahasa Inggris saya tidak sefasih tatkala menggunakan bahasa Indonesia atau Sunda. Tetapi bukan maksud hati saya ria dalam hal ini melainkan untuk mengasah kecakapan verbal saya dalam menggunakan bahasa Inggris.

Saya bersama Rangga bersua juga dengan kawan-kawan seperjuangan di tempat ini. Olyvia dari UMMU dan Ghina dari UPS Tegal hadir menyaksikan pertandingan minisoccer. Dua mahasiswi ini ditempatkan di Bangkloruang School yang tidak saya ketahui letaknya. Bersama dua orang ini, kami berdua sempat ngobrol-ngobrol santai di sebuah tempat yang teduh sembari menikmati baso siam atau laksa yang bukan main sedapnya. Sampai tak lama kemudian, mereka berdua berpamitan lebih dulu kepada kami dari lokasi pertandingan.

Pertandingan minisoccer di daerah Ao Nang (Sumber gambar: Dokumen pribadi)

Musibah menimpa kami tatkala hendak pulang mengendarai mobil. Mobil Camry milik Ustadz Yusuf mogok karena accu-nya bermasalah. Maka dengan terpaksa kami bertiga harus pergi meminjam mobil lain dan menempuh perjalanan yang agak jauh untuk menjemput montir yang sanggup memperbaiki mobil-nya Ustadz Yusuf. Alhamdulillah, semua kendala teknis ini dapat diatasi dengan baik.

Saya kira selepas dari lokasi pertandingan minisoccer kami akan segera dipulangkan ke Pulau Tengoh. Tetapi nyatanya kami dibawa ke dua mall pusat perbelanjaan di Krabi yaitu Lotus dan Makro. Hal yang cukup mengagetkan bagi saya terjadi ketika kami bertiga berbelanja di mall Makro pada sekitar pukul 15.00 sore. Ustadz Yusuf menyuruh kami berdua membawa troli yang besar. Setelah kami ikuti ternyata barang belanja yang diangkut ke troli sangatlah banyak, terdiri atas sayuran, makanan ringan, dan pelbagai jenis minuman. Setelah kami tanya berapa total biaya pembelanjaan kepada Ustadz Yusuf, rupanya harganya fantastis juga. Total pembelanjaan sore ini yaitu sebesar 3700 baht atau sama dengan Rp. 1.665.000. Luar biasa.

Di samping ke pusat perbelanjaan, di sela-sela perjalanan dari mall Lotus menuju mall Makro saya bersama Rangga diberi kesempatan oleh Ustadz Yusuf untuk berkeliling di sekitar Masjid Besar Provinsi Krabi. Letaknya berada di sebelah utara Pulau Tengoh, lokasi kami melaksanakan KKN dan PPL Internasional.

Di sekeliling masjid besar ini terdapat bazar yang ramai sekali oleh orang-orang yang sedang berlalu lalang. Kalau di Indonesia bazar semacam ini digelar selama bulan Ramadhan. Sementara di sini bazar ini diselenggarakan dalam rangka menyambut hari raya Iedul Adha.

Hal yang agak mengherankan menurut saya terjadi manakala kami berdua menjumpai sebuah stand bazar yang memutar lagu band pop kesohor asal Indonesia. Ya, siapa orang Indonesia yang tak kenal dengan band Wali? Band yang populer karena seringkali membuat lagu-lagu bernafaskan pop-religi ini rupanya dikenal dengan baik oleh orang-orang Muslim di Krabi. Ketika kami jumpai, pemilik stand bazar satu ini sedang memutar lagu band Wali yang sangat populer yaitu ToMat (Tobat Maksiat).

Barang belanjaan kami di mall Makro, Krabi (Sumber gambar: Dokumen pribadi)

Perjalanan yang menghabiskan waktu sangat panjang ini lekas berakhir manakala mentari mulai terbenam di ufuk barat. Setelah makan nasi di sebuah restoran kecil kawasan perkotaan, kami bertiga kembali ke dermaga dekat Pulau Tengoh untuk pulang menuju Jazirahpithayanusorn School. Sembari mengangkut barang-barang yang banyak dari pusat perbelanjaan tadi sore, kami pulang menumpangi perahu dan seperti biasa kami pun menempuh perjalanan darat dermaga Pulau Tengoh menggunakan tuktuk. Untung saja langit tidak terlalu gelap. Huft, mengasyikan sekaligus melelahkan juga ya kawan.

Demikianlah uraian ini saya tulis dengan hati yang tulus dan raga yang dalam keadaan cukup lelah.  Semoga pengalaman saya cukup bernilai dan layak menjadi referensi bagi pembaca sekalian khususnya yang kelak mengikuti program KKN dan PPL Internasional di Thailand. Aamiin.

Bumi Allah, Krabi, Ahad 3 Juli 2022

Tidak ada komentar

Tinggalkan Komentar

 

BUKU-BUKU

TULISAN AGUS S. SAEFULLAH
DAN KAWAN-KAWAN

Diterbitkan :
Hafidz Qur’an 4,5 tahun
“Tabarak seorang anak yang lahir pada tanggal 22 Februari 2003 dinyatakan lulus oleh penguji dari..
Diterbitkan :
Ulama Gila Baca
“Imam Nawawi dalam sehari mampu membaca 12 buku pelajaran di hadapan guru-gurunya” Kesaksian Abu Hasan..

Agenda Terdekat

Trik menjadi seorang penulis adalah menulis, lalu menulis dan terus menulis.

Galeri Pelatihan

Ahlan wa Sahlan

0 0 5 3 8 8
Total views : 11623
Salam Silaturahmi