Saya merasa semua aktivitas di sini berlalu dengan sangat cepat. Pergantian hari yang ditandai dengan terangnya siang dan gelapnya malam tak begitu saya hiraukan selama ini, sebab aktivitas sehari-hari yang cukup produktif tidak memberikan peluang bagi saya untuk kangen-kangenan dengan kampung halaman. Hingga akhirnya, tak terasa, itu semua mengantarkan saya menuju penghujung kegiatan KKN dan PPL Internasional 2022.
Dalam kesempatan ini saya akan sedikit menguraikan hasil pengamatan saya mengenai alam lalu lintas di Thailand. Bagi saya, hal satu ini penting sekali untuk diketahui wabil khusus oleh para pembaca dari Indonesia. Jangan sampai kelak pembaca sekalian salah tingkah ketika beraktivitas di jalanan Negeri Gajah Putih yang dalam kacamata saya jelas jauh berbeda dengan alam lalu lintas di Indonesia.
Pembaca sekalian, saya mulai merasa ada perbedaan yang cukup mencolok antara alam lalu lintas Indonesia dengan Thailand semenjak tiba di negara ini pada Selasa, 28 Juni yang lalu. Setibanya di Krabi International Airport, saya bersama Wisnu, Mutiara, Luthfia, dan Ammira memesan layanan shuttle bus dengan tujuan ke pantai Ao Nang. Saat itu, kami memang berencana untuk liburan dulu sebelum pelaksanaan kegiatan KKN dan PPL dimulai.
Singkat cerita, shuttle bus yang kami tumpangi dari Krabi International Airport waktu itu ternyata berjalan dengan sangat cepat. Sampai-sampai, seingat saya waktu itu, di antara keempat kawan saya dari UNSIL bilang bahwa dirinya merasa disetirin sama Dominic Toretto (aktor: Vin Diesel) di film Fast and Furious. Jujur, waktu itu juga saya kaget karena supir shuttle bus yang membawa kami, menyetir mobilnya dengan cepat sekali.
Di dalam kendaraan itulah untuk pertama kalinya saya memerhatikan situasi aktual jalan raya di Provinsi Krabi, Thailand. Saya merasa volume jalan raya di kawasan ini ekstra jauh lebih lebar dibandingkan dengan di Indonesia. Uniknya, lebarnya jalan raya di sini tidak sebanding dengan jumlah kendaraan yang ada. Sehingga, jalan raya di daerah ini selalu lengang dan terasa nikmati sekali kalau seandainya dipakai ngebut-ngebutan.
Bukan hanya pengendara mobil saja yang ngebut-ngebutan, pengendara sepeda motor pun sama juga. Parahnya, menurut pandangan saya, kebanyakan di antara pengendara motor di sini tampak sekali jarang mengenakan helm. Kalau pun ada, barangkali hanya sebagian kecil pengendara motor yang terlihat menggunakan pelindung kepala.
Tidak berbeda dengan kawasan perkotaan, pengendara motor di Pulau Tengoh, tempat saya melaksanakan KKN dan PPL Internasional juga demikian. Meskipun jalan di sini relatif lebih sempit dan hanya bisa digunakan untuk sepeda motor saja, tetapi para pengendara di pulau ini selalu mengenderai sepeda motor dengan cepat sekali. Berkali-kali saya dan Rangga hampir keserempet pengendara sepeda motor yang berlalu lalang di kampung ini.
Saya semakin sadar lalu lintas di sini agak kurang aman tatkala pekan yang lalu diajak pergi ke Provinsi Satun. Jalan raya yang luas dan lengang benar-benar jadi medan para pengendara mobil maupun motor untuk ngebut-ngebutan. Kecepatan kendaraan di jalan raya Thailand sebanding dengan kecepatan kendaraan yang melaju di jalan tol Indonesia. Saya yang kala itu sempat duduk di kursi paling depan mobil Babo, melihat kecepatan mobil paling lamban berada di kisaran 80 km/jam. Sementara, paling cepat berada di kisaran kecepatan 100 km/jam.
Untuk itu, saya berpesan, kepada pembaca sekalian khususnya kawan-kawan yang terpilih sebagai peserta KKN dan PPL Internasional di Thailand untuk berhati-hati. Terutama ketika sedang menyeberang jalan, jangan sampai menyeberang di area yang bukan menjadi area penyeberangan (zebra cross) sebab akan beresiko untuk ditabrak kendaraan yang sedang melaju cepat.
Demikianlah kiranya mengenai pengalaman saya selama memerhatikan kondisi alam lalu lintas di Thailand. Semoga uraian ini bermanfaat bagi pembaca sekalian. Aamiin.
Bumi Allah, Krabi, Sabtu 23 Juli 2022.
Tinggalkan Komentar