Dalam usaha menunjang prekonomian masyarakat di Jawa Barat, pemerintah Hindia-Belanda mengambil Inisiatif untuk menciptakan sebuah inovasi pertama di Indonesia, yaitu sebuah terowongan. Terwongan yang diberi nama “Lampegan” ini merupakan terwongan kereta api pertama di Hindia-Belanda yang dibangun pada tahun 1879-1882. lokasi terwongan ini sendiri berada di Pasir Gunung Kenenge, Desa Cibokor, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. terwongan kreta api ini dibangun oleh perusahaan Kreta Api Negara Staatspoorwegen (SS). Jalan terwongan ini memiliki panjang 686 meter, dan membentang pada jalur perlintasan kereta api Sukabumi-Cianjur sepanjang 39 Kilometer yang juga menyambungkan dengan rute Bogor-Suabumi-Cianjur.
Pada prosesnya, pembangunan terowongan ini mengalami kendala dan kesulitan yang sangat berarti, penjelasan ini dilansir dari laman sejarah kereta Api Indonesia (PT.KAI) bahwa dalam prosesnya mereka harus menembus gunung kencana guna bisa membuat terowongan tersebut. kemudia karena belum ada alat yang secangih era modern ini, maka Pemerintah Hindia-Belanda menggunakan dinamit guna meledakan bagian tengah dari gunung kencana dan kemudain menggalinya dengan tenaga manusia yang bermodalkan pacul dan gerobak. setelah pembangunan jalur terwongan kerta api ini selesai selanjutnya di resmilkan oleh para pejabat Pusat Hidia-Belanda di Batavia dan pemerintahan setempat yang diwakili oleh beberapa menak Cianjur. Dilansir dari buku Kisah Tanah Jawa (2018). Terowongan ini resmi disahkan oleh Gubernur Hindia-Belanda yaitu Cornelis Pijnacker Hordik dan juga dihadiri oleh Bupati Cianjur yaitu R.A.A Prawiradireja.
Filosofi Terowongan Lampegan
Terowongan yang sudah berumur 140 tahun dan sudah terlihat usang ini masih tetap kokoh berdiri di jalur kereta Api Sukabumi-Cianjur. Namun siapa yang tahu bahwa penamaan terwongan ini memiliki sebuah kisah unik hingga di berinama terowongan Lampegan. Dilansir dari Kabarpenumpang.com, kata Lampegan sendiri berasal dari sebuah kalimat yang digunakan oleh mandor proyek dalam pembangunan terowongan ini yang sering menyebutkan kala “Lamp Pegang….Lamp Pengang” pada para pekerjanya yang akan memasuki terowongan tersebut, guna menerangi para pekerja yang akan masuk kedalam terwongan. para pekerja dan masyarakat yang berada disekitar pun mendengar dengan sebutan “Lampegan…Lampegan” dan akhirnya terowongan ini dikenal dengan nama terowongan Lampegan.
Sedangkan dalam versi kedua, mengatakan jika nama terwongan ini diambil dari kalimat “Lampean…Lampean” yang sering disebut oleh seorang masinis Belanda kepada Asisten masinis sebelum memasuki terowongan. kata ‘Lampean’ sendiri berarti nyalakan lampu, agar pada saat memasuki terowongan tidak gela.
Pemangkasan Terowongan Lampegan
Pada awal tahun 2000, terowongan ini mengalami kerembesan air dan longsor pada bibir mulut terowongan. karena adanya kerusakan ini, maka pemerintah kabupaten Cianjur mengambil sebuah kebijakan untuk memangkan terowongan ini menjadi 415 meter dari yang semula 686 meter. kebijakan ini dimaksudkan agar terowongan masih tetap bisa dilewati dan menghindari kontruksi tanah yang akan mengakibatkan hal patal.
Tinggalkan Komentar