وَمَنْ يَسْتَعْفِفْ يُعِفَّهُ اللَّهُ ، وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللَّهُ ، وَمَنْ يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرْهُ اللَّهُ ، وَمَا أُعْطِيَ أَحَدٌ عَطَاءً خَيْرًا وَأَوْسَعَ مِنْ الصَّبْرِ
“Barangsiapa yang berusaha menjaga diri, maka Allah menjaganya, barangsiapa yang berusaha merasa cukup, maka Allah mencukupinya. Barangsiapa yang berusaha bersabar, maka Allah akan menjadikannya bisa bersabar dan tidak ada seorang pun yang dianugerahi sesuatu yang melebihi kesabaran.” (HR Bukhari No 1469)
Kerap manusia dibuat lupa oleh hal yang bersifat sementara, mereka terlena dengan keasyikan dan kenikmatan dunia karena mereka tidak tahu hakikat dunia itu seperti apa. Padhal jika mereka bersabar sedikit saja di dunia untuk meraih kehidupan yang nantinya nyata, mereka tidak akan merugi. Mereka tidak akan berlomba-lomba dalam mengumpulkan harta, mempertinggi tahta, jabatan dan lain sebagainya, karena mereka tahu itu semua adalah fana.
Saya contohkan seperti ini, tarolah ada seorng pebisnis yang dia bekerja berangkat pagi pulang tengah malam karena harus bekerja lembur dan paginya lagi dia sudah harus berada dikantornya tepat waktu karena takut dimarahi bosnya, dia mengulang pekerjaannya itu hari demi hari, minggu demi minggu, bulan bergganti bulan tahun pun demikin. Hingga dia lupa pada istrinya, anaknnya dan kewjiban yang ia harus tunaikan di rumahnya, dengan alasan bahwa dia sibuk dengan pekerjaannya dan berdalih bahwa itu untuk istri dan anak-anaknya. Tak terasa bertahun tahun dia bekerja, bertahun tahun pula umurnya bertambah tua, tepi seiring umurnya bertambah hartnya pun demikian. Dia memiliki beberapa rumah, tanah, kendaraan, dan uang tunai senilai 15 miliar yang dia kumpulkan selama dia bekerja, dia berpikir bahwa semua harta itu akan membuat istri dan anak anaknya senang dan bahagia dan tentram bahkan setelah dia wafat.
Tetapi takdir berkata lain, ajalnya tiba tanpa dia duga. lalu mirisnya harta yang dia kumpulkan dengan harapan hart itu menyelamatkan istri dan anak anaknya agar selamat dari kemiskinan, malah menjadi perantara putusnya tali silaturahmi para anak dan cucunya. Istrinya terlantarkan di panti jompo karena umurnya yang sudah tua dan anak anaknya tidak ingin mengurusinya. Anaknya tidak mau bertemu satu dengan lainnya karena berselisih masalah warisan. Teman- teman sekalian, itu adalah contoh orang yang terlena dengan dunianya dan memkrkan bagian daripada dunia itu dengan berlebihan, dia tidak sibuk menyiapkan bekal dunia yang fana dan idak mepersapkan bekal akhirat yang kekal. Padahal kalaulah dia mau bersabar sedikit saja atas kesenangan dunia, akal dan hatinya pasti berpikir untuk menyiapkan sesuatu yang abadi bukan yang temporary.
Maka rugilah orang yang seperti itu, karena sesungguhnya kalaulah dia mampu menanggung beban kesabaran sesaat, kesabaran itu akan membawanya kepada ketenangan yang abadi. Semua kesenangan abadi yang dinikmati yang dinikmati di surga tidak lain adalah buah dari kesabaran sesaat.
Orang-orang yang Sabar
اِلَّا الَّذِيْنَ صَبَرُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِۗ اُولٰۤىِٕكَ لَهُمْ مَّغْفِرَةٌ وَّاَجْرٌ كَبِيْرٌ
“Kecuali orang-orang yang sabar, dan mengerjakan kebajikan, mereka memperoleh ampunan dan pahala yang besar.” (Q.S. Hud: 11).
Setiap ujian, bagaimanapun bentuknya, (hampir) selalu menimbulkan keresahan hati. Semua itu memang cobaan yang harus dihadap manusia. Menghadapinya pun macam macam, ada yang dengan mengeluarkan dengan dengan ungkapan kekecewaan, kekesalan, caci maki, kebencian, hingga kata-kata kotor dan serapah yang tidak ada kaitannya dengan kekecewaan yang dialaminya. Ada juga sikap ridha dan sabar menghadapinya. Dan untuk yang kedua ini susah dipraktikkan.
Orang yang sabar adalah orang yang mampu menghadapi ujian yang diberikan Allah dengan sikap dan cara yang benar. Nabi menyebut sabar sebagai sebagian dari iman (H.R. Abu Na’im). Tanpa sabar, iman akan sia-sia. Sabar adalah bentuk riil dalam menjalankan perintah dan larangan bagi orang yang yakin terhdap Alah. Seandainya ada seorang hamba yang sudah bersusah payah menjalankan perintah shalat, zakat, puasa, bahkan haji, kemudian dia tdak bersabar terhadap ujian Allah sehingga tergelincir pada kemuungkaran, maka semua itu belum menunjukkan kesungguhan ibadahnya.
Ujian hakikatnya adalah sebuah kewajiban Allah yagn dibebankan pada manusia sebagai momentum yang sifatnya alamiah dan universal. Manusia sebagai makhluk yang diberi akal dengan segala kemampuan memahami dinamika kehidupan diharapkan mampu menjalani ujian itu dengan jalan yang benar. Mulai dari kematian, kesempitan, kesehatan dan penyakit, kurangnya harta kekayaan,ketakutan, dan keadaan dunia ini tidak lain dan tidak bukan adalah ujian. Dan dari situlah akan diketahui kadar ke-imanan hamba-Nya. Bahkan dari sana pula diketahui apakah hamba itu semakin kokoh imannya atau semakin ingkar kepada-Nya.
اَمْ حَسِبْتُمْ اَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَعْلَمِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ جَاهَدُوْا مِنْكُمْ وَيَعْلَمَ الصّٰبِرِيْنَ
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antara kamu, dan belum nyata orang-orang yang sabar.” (Q.S. Ali Imran: 142).
Jumhur ulama membagi sabar dalam beberapa kategori.
Pertama, sabar terhadap maksiat, yaitu sikap dan kemampuan dalam mengendalkan diri dalam menghadapi kemaksiatan yang terjadi di masyarakat. Sabar dalam kategori ini, terlebih pada zaman sekarang harus mutlak dilakukan. Karena hampir dalam setiap lini kehidupan, dan salah satunya adalah dunia informasi, nyaris akan pernah lepas dari unsur-unsur maksiat. Contohnya: pornografi, prositusi, pacaran, zina, memakan makanan haram, perjudian, bahkan minuman khamr dan narkoba pun tidak lepas dari itu semua. Kesabaran dalam maksiat agar tidak termasuk kedalamnya adalah suatu ikhtiar yang menjadi prioritas agama.
يٰبُنَيَّ اَقِمِ الصَّلٰوةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوْفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلٰى مَآ اَصَابَكَۗ اِنَّ ذٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْاُمُوْرِ
“Wahai anakku! Laksanakanlah salat dan suruhlah (manusia) berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting.” (Q.S. Luqman: 17).
Kedua, sabar dalam menjalankan perintah agama. Menjalankan syariat yang ditetapkan Allah melewati lisan rasulnya tentulah harus dengan kesabaran dalam melakukannya. Contoh, shalat fardhu. Tentulah kita harus bersabar dalam melaksanakannya karena itu adalah perintah Allah langsung yang turun dari langit, jika kita mengerjakannya dengan tidak diiringi rasa sabar, pastilah kita mengerjakannya dengan cara asal agar cepat selesai saja. Tapi jika kita sabar mengerjakannya, pastilah kita melaksanakan shalat dengan sesuai kaidah kaidah yang dicontohkan oleh nabi Muhammad. Begitun pun dengan puasa dan lain sebagainya, jika kita tidak mengerjakannya dengan penuh rasa sabar. Maka bagaimana setiap perjara itu yang kita laksanakan bisa menghasilkan surga?.
إِنَّمَا يُوَفَّى ٱلصَّـٰبِرُونَ أَجۡرَهُم بِغَيۡرِ حِسَابٍ
“Sesungguhnya orang-orang yang sabar itu akan disempurnakan balasan pahala mereka tanpa ada perhitungan” (QS. Az-Zumar: 10)
Ketiga, sabar dalam menghadapi bencana. Banyak dijumpai bahwa ketidaksabaran dalam menghadapi bencana kerapkali menimbulkan keputusasaan, bahkan ada yang mencoba untuk mengakhiri hidupnya. Dia mencari berbagai pelarian yang ternyata banyak memudharatkannya. Kesabaran kategori ini amat berat dilakukan jika seseorang tidak yakin dengan kekuatan dan keberadaan Allah.
أَحَسِبَ ٱلنَّاسُ أَن يُتۡرَكُوٓاْ أَن يَقُولُوٓاْ ءَامَنَّا وَهُمۡ لَا يُفۡتَنُونَ (٢) وَلَقَدۡ فَتَنَّا ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِهِمۡۖ فَلَيَعۡلَمَنَّ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ صَدَقُواْ وَلَيَعۡلَمَنَّ ٱلۡكَـٰذِبِينَ (٣)
“Apakah manusia itu mengira dia ditinggalkan begitu saja mengatakan: Kami beriman, lalu mereka tidak diberikan ujian? Sungguh Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah akan mengetahui orang-orang yang jujur dengan orang-orang yang dusta” (QS. Al-‘Ankabut: 2-3).
Kisah orang-orang yang Bersabar
Kisah Nabi Ayyub AS adalah berita penting tentang bagaimana orang-orang yang sabar bersikap ketika mendapat ujian. Nabi Ayyub adalah keturunan(cucu) Nabi Ishaq yang memiliki kesabaran luar biasa. Nabi Ayyub yang dianugerahi kekayaan yang melimpah keturunan yang banyak dan hewan ternak yang tak terhitung jumlahnya. Tapi ketika beliau diuji oleh Allah dengan kemiskinan, dan penyakit yang membuatnya menjadi orang terasing dilingkungannya. Beliau tetap bersabar dengan itu semua, yang semula adalah orang terpandang dalam pandangan masyarakat tiba tiba menjadi miskin dan penyakitan istri-istrinya meniggalkannya, keturunannya pun meninggal dan dia tidak bisa apa-apa kecuali bersabar. Dan Allah memulihkan keadaannya karena dengan kesabaran yang dia lakukan. (.Q.S. Al-Anbiya: 83-84).
Seorang sufi yang shalih bernama Ibrahim bin Adham pernah mengalami peristiwa yang kesabarannya harus diuji disitu. Ketika datang kepadanya seorang tentara yang bertanya tempat yang dhuni orang banyak. Lalu, Ibrahm bin Adham menunjukan pekuburan. Karena jawabannya tidak memuaskan, Ibrahim mendapat tamparan yang menyebabkan luka dan berdarah. Suatu ketika si tentara tahu kalau Ibrahim bin Adham adalah seorang yang alim, maka tentara itu meminta maaf dan mencium tangan serta kakinya. Ketika itu Ibrahm tidak membalas pukulan tentara itu, bahkan Ibrahim sempat mendoakan agar dia diberi surga di akhirat.
Dikisahkan dari Ali ibnul Husain Zainul Abidin. Apabila Allah menghimpun semua manusia dari yang pertama hingga yang terakhir, maka terdengarlah suara seruan, “Di manakah orang-orang sabar? Hendaklah mereka masuk ke surga sebelum ada hisab (tanpa hisab)!” Maka bangkitlah segolongan manusia, lalu mereka bersua dengan para malaikat yang bertanya kepada mereka, “Hendak ke manakah kalian, hai anak Adam?” Mereka menjawab, “Ke surga.” Para malaikat bertanya, “Sebelum ada hisab?” Mereka menjawab, “Ya.” Para malaikat bertanya, “Siapakah kalian?” Mereka menjawab, “Kami adalah orang-orang yang sabar.” Para malaikat bertanya, “Apakah sabar kalian?” Mereka menjawab, “Kami sabar dalam mengerjakan taat kepada Allah dan sabar dalam meninggalkan maksiat terhadap Allah, hingga Allah mewafatkan kami.” Para malaikat berkata, “Kalian memang seperti apa yang kalian katakan, sekarang masuklah kalian semua ke dalam surga, maka sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal adalah kalian.
Besabar adalah bagian dari perintah Allah yang memang berat dijalankan sehingga Nabi SAW berpesan bahwa siapa saja diantara umatnya yang bersabar, surga adalah jaminanya. Begitu juga dengan Allah, Allah berfirman.
اُولٰۤىِٕكَ يُجْزَوْنَ الْغُرْفَةَ بِمَا صَبَرُوْا وَيُلَقَّوْنَ فِيْهَا تَحِيَّةً وَّسَلٰمًا ۙ
“Mereka itu akan diberi balasan dengan tempat yang tinggi (dalam surga) atas kesabaran mereka, dan di sana mereka akan disambut dengan penghormatan dan salam.” (Q.S. Al-Furqan: 75)
Untuk menjadi hamba yang sabar, ada setidaknya dua jalan yang harus ditempuh, yaitu dengan mencari ilmu dan berdoa. Dengan ilmu, seorang hamba diharapkan mendapat wawasan yang luas sehingga tidak dangkal pemikirannya dalam menyikapi permasalahan kehidupan dan dapat memahami bahwa segala sesuatu terjad semata-mata atas kehendak Allah. Dan yang kedua adalah berdoa. Doa adalah ibadah yaneg memiliki posisi strategis dalam islam sehingga kedudukannya mampu menjadi solusi dari setap permasalahan yang kadang tdak bisa diseleaikan dengan kacamata logika umum. Doa adalah senjata orang orang beriman yang mampu menembus tirai takdir. Dan dengan berdoa, seorang hamba akan memiliki rasa kedekatan dengan tuhannya sehingga muncul kepasrahan maksimal dalam setiap kesabarannya dan pada setiap ujian yang ditimpakan kepadanya.
Bersabar karena namaku rizki sabar wkwk
Mantul bro tulisannya. Lanjutkan
aslina ieu mah
Sabar Rizki
Mesti sabar inimah
Sabar dalam kerik netizens
Mesti sabar inimah
Ngeri sabar
Tinggalkan Komentar