Suatu hari seseorang mendatangi Hasan Al Bashri rahimullah untuk memohon petunjuk karena musibah paceklik yang menimpanya dan orang-orang di kampungnya.
Menjawab kesusahan orang itu Hasan Al Bashri menasihati, “Beristighfarlah kepada Allah!”.
Sejurus kemudian orang lain datang lagi kepada Hasan Al Bashri. Tak jauh berbeda, ia mengadukan tentang kemiskinannya.
Jawaban Ia tetap sama. “Beristighfarlah kepada Allah!”.
Kemudian datang kembali yang lainnya hingga empat orang dan Jawabannya tetap sama “Beristighfarlah kepada Allah!”
Lalu di akhir kisah ini Hasan Al Bashri membacakan firman Allah,
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا . يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا . وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا
“Maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS. Nuh: 10-12)
“Tinggalkanlah dosa, beristighfarlah pada Allah atas dosa yang kalian perbuat.” Kata Syaikh As Sa’di rahimahullah ketika menafsirkan ayat di atas. “Sungguh Allah itu Maha Pengampun. Dosa yang begitu banyak akan dimaafkan oleh Allah. Maka hendaklah mereka segera memohon ampun pada Allah meraih pahala dan hilanglah musibah. Allah pun akan memberikan karunia yang disegerakan di dunia dengan istighfar tersebut yaitu akan diturunkan hujan dengan deras dari langit, juga akan dikarunia harta dan anak yang diharapkan. Begitu pula akan diberi karunia kebun dan sungai di antara kelezatan dunia.” Ditulus dalam “Taisir Al Karimir Rahman”.
Umar bin Khattab pun mengatakn bahwa,
وَيَا قَوْمِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا
“Wahai kaumku, mintalah ampun kepada Rabb kalian. Kemudian bertaubatlah kepada-Nya, niscaya Dia akan menurunkan pada kalian hujan lebat dari langit.” (HR. Al Baihaqi)
Mungkin ada pertanyaan “apa hubungannya istighfar dengan rezeki?.
Rezeki itu sudah diatur Allah dengan kadar-Nya. “Dan tidak satu pun makhluk bergerak (bernyawa) di atas bumi ini melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya,” (QS Hud: 6).
Juga firman-Nya,
“Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkan (bagi siapa yang Dia kehendaki,” (QS ar-Ra’d: 26).
Namun demikian, ada faktor-faktor manusia yang akan mempengaruhi hilangnya keberkahan dalam rezeki. Mungkin uang banyak, rekening gendut, aset dimana-mana tapi tidak terasa karena hakikatnya tidak menjadi rezeki. Nikmatnya hilang bahkan cenderung mencelakakan.
Faktor-Faktor itu kata Abu Abdullah Muhammad bin Abdurrahman bin Umar al-Wishabi al- Husyaibi dalam kitabnya “Al-Barakah fi Fadhl as-Sa’yi wa al-Harakah” menyebutkan bahwa penghalang rezeki itu ada delapan. Yaitu kebiasaan mencaci maki cuaca, enggan berbagi air, terlalu banyak tidur (rebahan), zalim kepada makhluk Allah, zina, berbuat curang, menghianati kesetiaan, dan rakus (termasuk tamak) terhadap dunia.
Kesemuanya itu adalah dosa-dosa yang bisa menghalangi rezeki. Sebab itulah istighfar diperlukan untuk kita memohon ampun dari dosa-dosa itu. Juga sebagai kendali agar tidak dilakukan terus menerus hingga berkarat menjadi karakter. Naudzubillah
Sumedang, 11 Ramadan 1443 H
Tinggalkan Komentar