Kebahagiaan merupakan kata yang paling dicari oleh setiap manusia, dan sebaliknya kesedihan merupakan kata yang paling dihindari. Teringat apa yang dikatakan oleh Aristoteles, “kebahagiaan merupakan seluruh maksud dan tujuan dari keberadaan manusia.” Dengan demikian, manusia akan berusaha untuk menggapai suatu kebahagiaan tersebut.
Namun dalam perjalanannya, manusia hanya melihat pada dimensi kebahagiaan duniawi saja tanpa memikirkan dimensi kebahagaiaan ukhrawi. Padahal tegas Allah sampaikan dalam Al-Qur’an:
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi.” (QS Al-Qashash : 77)
وَلَلۡأٓخِرَةُ خَيۡرٞ لَّكَ مِنَ ٱلۡأُولَىٰ
“Dan sungguh, yang kemudian itu lebih baik bagimu dari pada yang permulaan.” (QS Ad-Duha : 4)
Dalam Alquran dan terjemah terbitan dari Departemen Agama RI (sekarang menjadi Kementrian Agama) dijelaskan dengan mengutip dua tafsiran. Tafsiran pertama yang dimaksud adalah bahwa pada akhir perjuangannya Nabi Muhammad SAW akan menjumpai kemenangan meskipun pada permulaannya penuh dengan kesulitan. Tafsiran kedua dikutip dari sebagian ahli tafsir yang mengartikan kata `akhirat’ dalam ayat di atas dengan kehidupan akhirat beserta segala kesenangannya dan kata `ula’ dengan arti kehidupan dunia. Jadi maknanya, kehidupan akhirat lebih baik dari kehidupan dunia. Maka sangat disayangkan apabila yang kita kejar hanya kebahagaiaan dunia saja.
Setiap pintu pasti ada kuncinya, kebahagiaan pun sama memerlukan kunci untuk membukanya. Lantas timbul pertanyaan dalam diri kita, apa kunci yang bisa membuka kebahagiaan itu?
Syeikh Muhammad bin ‘Abdul Wahab dalam Matan al-Qawa’id al-Arba’ah berkata :
أَسْأَلُ اللهَ الْكَرِيمَ رَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ أَنْ يَتَوَلَّاكَ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، وَأَنْ يَجْعَلَكَ مُبَارَكًا أَيْنَمَا كُنْتَ، وَأَنْ يَجْعَلَكَ مِمَّنْ إِذَا أُعْطِيَ شَكَرَ، وَإِذَا ابْتُلِيَ صَبَرَ، وَإِذَا أذَنبَ اسْتَغْفَرَ. فَإِنَّ هَؤُلاءِ الثَّلاثَ عُنْوَانُ السَّعَادَةِ
“Saya memohon kepada Allah Yang Maha Pemurah, Tuhan ‘Arsy yang agung agar memeliharamu di dunia dan akhirat, menjadikanmu diberkahi di manapun berada, menjadikanmu bersyukur saat diberi nikmat, bersabar ketika ditimpa musibah, dan meminta ampun jika berbuat dosa. Tiga hal terakhir yang telah disebutkan di atas adalah kunci kebahagiaan.”
Berdasarkan ungkapan di atas, dapat kita ambil pemahaman bahwa kunci kebahagaiaan itu adalah syukur, sabar dan istighfar. Sirot Fajar dalam buku Hidup Bahagia Tanpa Keluh kesah (2021) menerangkan bahwa salah satu kunci kebahagiaan dalam menghadapi kehidupan adalah dengan sifat sabar dan syukur, yang mana keduanya ibarat dua sayap yang membuat kita bisa terbang ke langit kebahagiaan.
Begitupun kunci ketiga yaitu istighfar, seseorang akan merasa lebih lega dan bahagia apabila ia telah dihapus dari kesalahannya. Berbeda dengan orang yang melakukan kesalahan tapi tak mau memohon ampun, perasaan berat dan takut akan ia dapatkan. Pun orang yang akan mendapatkan kebahagiaan di akhirat berupa Syurga yaitu mereka yang mendapatkan rahmat dan maghfirah Allah. Maka perbanyaklah istighfar agar kita mendapat kebahagiaan baik di dunia maupun akhirat.
Tinggalkan Komentar