Info Terkini
Sabtu, 27 Jul 2024
  • Website berisi tulisan-tulisan Agus S. Saefullah beserta para penulis lainnya
12 Juli 2022

Memoar Perjalananku di Thailand (10)

Selasa, 12 Juli 2022 Kategori : Founder Way / Naufal A.

Terlebih dahulu dalam kesempatan ini, saya ingin menyampaikan rasa syukur kepada Allah Swt. Tersebab, atas kehendak-Nya selama saya melaksanakan KKN dan PPL Internasional ini, saya dikaruniai semangat serta ketekunan untuk menulis catatan harian. Sehingga, dengan karunia itulah jumlah catatan harian yang saya terbitkan sudah genap mencapai 10 buah. Alhamdulillah ‘ala kulli haal.

Saya merasa vibes Iedul Adha masih sangat kentara menyelimuti aktivitas saya di sini. Tadi siang, manakala saya sedang dalam perjalanan ke masjid untuk salat Zuhur, saya melihat banyak kerumunan lelaki yang tampaknya sedang mengolah daging kurban. Di situ pula saya tiba-tiba disapa oleh seorang perempuan, yang ternyata adalah Mrs. Faizah.

Rupanya ia bermaksud mengundang saya bakda salat Zuhur untuk makan nasi di rumahnya. Setelah salat Zuhur, saya lekas kembali ke rumah Mrs. Faizah yang kebetulan lokasinya berdampingan dengan masjid kampung. Mrs. Faizah mempersilakan saya duduk di teras sekaligus memberikan ponselnya pada saya yang rupanya sedang video call-an bersama seorang lelaki. Saya pun lantas memegang ponsel milik Mrs. Faizah dan langsung terlibat percakapan dengan laki-laki bernama Muridan yang ternyata adalah saudara laki-laki Mrs. Faizah.

Tuan Muridan ini ternyata mampu bercakap-cakap menggunakan bahasa Indonesia. Otomatis, pembicaraan antara saya dengan saudara laki-laki Mrs. Faizah ini berlangsung cukup lama. Dalam sambungan video call itu, Tuan Muridan sempat bilang bahwa dirinya pandai berbahasa Indonesia karena pernah berkuliah selama tiga tahun di Indonesia.

Selepas video call dengan Tuan Muridan berakhir, saya dipersilakan Mrs. Faizah menjemput Rangga di sekolah menggunakan sepeda motor. Tentu, hal ini jadi sesuatu yang patut saya syukuri karena tepat pada hari ke-14 selama menetap di Thailand, untuk pertama kalinya saya baru diperkenankan mengendarai sepeda motor.

Kesempatan perdana saya mengendari motor sendiri di Thailand. (Sumber gambar: Dokumen pribadi).

Sesampainya menjemput Rangga, Mrs. Faizah dan keluarganya langsung mempersilakan kami berdua duduk untuk menyantap nasi putih dengan lauk gulai daging. Awalnya saya menyangka gulai tersebut adalah gulai daging sapi. Tetapi, setelah Mrs. Faizah bilang, oh ternyata gulai ini adalah gulai daging kambing.

Rasa hidangan dari Mrs. Faizah ini lezat sekali. Saya berani berbicara demikian sebab salah satunya terbukti dari selera makan Rangga yang tidak seperti biasanya. Tadi siang, ia makan nasi dan gulai kambing dengan cepat dan lahap sekali.

Omong-omong, dalam catatan harian kesepuluh ini saya hanya akan sedikit saja bercerita soal jaringan internet dan kartu SIM yang saya gunakan selama bertugas di Thailand. Saya rasa hal ini penting untuk disampaikan sebab bagi generasi zilenial, jaringan internet adalah kebutuhan hidup yang bersifat primer. Tanpa jaringan internet, hidup generasi zilenial tidak akan begitu bermakna dan penuh warna.

Pembaca yang budiman, sama seperti halnya di Indonesia, untuk dapat mengakses jaringan internet, terlebih dahulu kita mesti membeli kartu SIM perdana. Selama di Thailand, saya menggunakan kartu AIS. Saya mendapatkan kartu ini dari AIS Store ketika sedang menghabiskan waktu liburan di pantai Ao Nang sekitar dua pekan yang lalu.

Harga yang dibandrol untuk kartu AIS sebenarnya bervariasi. Tergantung dengan durasi pemakaian juga muatan kuota internet. Ada pun, yang saya pilih adalah kartu AIS yang sudah include dengan kuota internet unlimited selama satu bulan plus dengan kecepatan internet 15 Mbps. Harganya 299 baht atau jika dirupiahkan sebesar Rp. 134.500.

Papan promosi AIS di AIS Store Ao Nang. (Sumber gambar: Dokumen pribadi).

Bicara soal jaringan AIS, saya rasa pembaca sekalian tidak perlu risau. Pasalnya, selama saya berada di titik pelaksanaan KKN dan PPL Internasional yang berada di kawasan pinggiran, jaringan AIS masih mampu diajak bekerjasama dengan baik. Sampai detik ini, saya masih bisa memutar video di Youtube dan melihat pelbagai konten di Instagram.

Sebelum diakhiri, penting untuk saya tekankan bahwa catatan ini sama sekali tidak ditujukan untuk kepentingan endorsment provider AIS. Catatan ini dengan sepenuh hati saya persembahkan bagi pembaca sekalian secara cuma-cuma.

Demikianlah uraian ini saya sampaikan, semoga bermanfaat khususnya bagi kawan-kawan yang hendak mengikuti jejak kami di Thailand. Aamiin.

Bumi Allah, Krabi, Selasa 12 Juli 2022.

Tulisan Lainnya

Oleh : admin

Lupa

Tidak ada komentar

Tinggalkan Komentar

 

BUKU-BUKU

TULISAN AGUS S. SAEFULLAH
DAN KAWAN-KAWAN

Diterbitkan :
Hafidz Qur’an 4,5 tahun
“Tabarak seorang anak yang lahir pada tanggal 22 Februari 2003 dinyatakan lulus oleh penguji dari..
Diterbitkan :
Ulama Gila Baca
“Imam Nawawi dalam sehari mampu membaca 12 buku pelajaran di hadapan guru-gurunya” Kesaksian Abu Hasan..

Agenda Terdekat

Trik menjadi seorang penulis adalah menulis, lalu menulis dan terus menulis.

Galeri Pelatihan

Ahlan wa Sahlan

0 0 4 8 0 7
Total views : 10780
Salam Silaturahmi