“Apabila masuk sepuluh hari terakhir (pada bulan ramadan) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengencangkan kainnya, membangunkan malamnya dan membangunkan keluarganya.” Kata Aisyah radhiyallahu ‘anha dalam Bukhari.
Juga pada riwayat Muslim beliau menyampaikan “Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersungguh-sungguh (beribadah apabila telah masuk) malam kesepuluh (terakhir) yang tidak pernah beliau lakukan pada malam-malam lainnya”.
Malam-malam itu adalah malam-malam paruh terakhir di bulan ramadan. Bulan di mana Allah dalam sejarah menurunkan Al-Qur’an, bernilai lebih dari seribu bulan serta malaikat jibril dan malaikat-malaikat lainnya turun ke bumi membawa salam dan kesejahteraan bagi siapa saja yang menghidupkannya.
Malam lailatul qadar terjadi satu malam di setiap ramadan. Namun tidak ada yang tau pasti kapan terjadinya. Hanya saja Rasulullah menyebutkan ada di sepuluh terakhir ramadan.
Dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
الْتَمِسُوْ مَا فِيْ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ فَإِنْ ضَعُفَ أَحَدُ كُمْ أَوْ عَجَزَ فَلاَ يُغْلَبَنَّ عَلَى السَّبْعِ الْبَوَاقِي “
“Carilah di sepuluh hari terakhir, jika tidak mampu maka jangan sampai terluput tujuh hari sisanya.” Riwayat Bukhari dan Muslim.
Sementara itu Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
فَالْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ وَالْتَمِسُوهَا فِي كُلِّ وِتْرٍ
“Carilah lailatul qadar pada sepuluh hari terakhir Ramadhan, carilah pada malam-malam ganjil.” Riwayat Bukhari dan Muslim.
Maka carilah Ramadan itu di malam sepuluh terakhir yang ganjil-ganjil yaitu malam ke 21,23,25,27, dan 29. Maka pahala yang tertuai akan senilai dengan 1000 bulan atau 83,33 tahun.
Dalam “Zaadul Masiir” Mujahid, Qotadah dan ulama lainnya berpendapat bahwa yang dimaksud dengan lebih baik dari seribu bulan adalah salat dan amalan pada lailatul qadar lebih baik dari salat dan puasa di 1000 bulan yang tidak terdapat lailatul qadar.
Lalu apa saja amalan-amalan yang bisa dilakukan pada malam ini?
Secara umum amalan apapun yang dihidupkan di malam ini pahalanya in syaa Allah bernilai lebih dari seribu bulan.
Setidaknya ada empat pembagian amalan utama pada malam ini berdasarkan riwayat-riwayat yang penulis temukan.
Pertama, menghadiri salat isya dan subuh berjamaah. Jika sangat sibuk inilah amalan minimal yang harus diusahakan.
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma dalam “Al-Umm” menjelaskan,
أَنَّ إِحْيَاءَهَا يَحْصُلُ بِأَنْ يُصَلِّيَ العِشَاءَ فِي جَمَاعَةٍ وَ يَعْزِمُ عَلَى أَنْ يُصَلِّيَ الصُّبْحَ فِي جَمَاعَةٍ
“Menghidupkan malam lailatul qadar itu bisa dengan melaksanakan shalat Isya’ berjamaah dan bertekad untuk melaksanakan shalat Shubuh secara berjamaah.”
Adapun Imam Malik dalam “Al-Muwatha’” menyampaikan perkataan Ibnul Musayyib,
مَنْ شَهِدَ لَيْلَةَ القَدْرِ ـ يَعْنِي فِي جَمَاعَةٍ ـ فَقَدْ أَخَذَ بِحَظِّهِ مِنْهَا
“Siapa yang menghadiri shalat berjamaah pada malam Lailatul Qadar, maka ia telah mengambil bagian dari menghidupkan malam Lailatul Qadar tersebut.”
Kedua, melakukan salat malam (tarawih). Di malam-malam terakhir ini seharusnya masjid-masjid semakin ramai untuk menggapai pahala lailatul qadar.
“Barangsiapa melaksanakan shalat pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah” Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu. “Maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” Demikian Bukhari meriwayatkan
Ketiga, berdoa memohon ampun kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
“Bukanlah orang yang arif”. Kata Yahya bin Muadz dalam “Latha-if Al-Ma’arif” Jika ia tidak pernah mengharap pemaafan (penghapusan dosa) dari Allah.” Lanjutnya.
Rasulullah mengajarkan doa khusus pada malam lailatul qadar ini yaitu,
اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى
“Ya Allah, Engkau Maha Memberikan Maaf dan Engkau suka memberikan maaf. Karenanya maafkanlah aku” Doa ini diajarkan oleh Rasulullah dari riwayat Aisyah dan diriwayatkan oleh At-Tirmidzi.
Keempat, ibadah-ibadah lainnnya seperti tadarus, membuat majelis ilmu, sedekah dan itikaf di malam-malam sepulih hari terakhir.
Bagi mereka yang menuniakan i’tikaf dengan format sempurna maka sudah barang tentu melakukan semua amalan-amalan yang dianjurkan di sepuluh hari terakhir ini.
Semoga kita diberkahi di sepuluh hari terakhir ini. Amin
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ ۚ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ أَمْرًا مِنْ عِنْدِنَا ۚ إِنَّا كُنَّا مُرْسِلِينَ رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, (yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui” (Q.S. Ad-Dukhan: 3-6)
Sumedang, 25 Ramadan 1443 H
Tinggalkan Komentar