“Tidak ada amalan seorang pun yang dapat memasukannya ke dalam surga dan menyelamatkannya dari neraka” Sabda Nabi dari Jabir radhiyallahu ‘anhu. “Tidak juga denganku kecuali dengan rahmat Allah” Diriwayatkan oleh Muslim.
Sekilas hadits ini nampak bertentangan dengan ayat Allah berikut,
“Itulah surga yang dikaruniakan untuk kalian, disebabkan amal saleh kalian dahulu di dunia” (QS. Az-Zukhruf :72).
Penulis kitab “Bahjah An-Nazhirin” Syaikh Salim bin ‘Ied Al Hilali mengemukakan bahwa kedua dalil di atas sama sekali tidak bertentangan. Bahwa seseorang memang tidak bisa mengganti surga dengan amal perbuatannya sebanyak apapun. Tetapi perbuatan amal saleh seseorang itu membuat Allah ridha kepada-Nya. Maka keridhaan Allah itulah yang menyebabkannya masuk surga dan selamat dari neraka.
Kunci utama masuk surga adalah rahmat Allah. Maka sebanyak apapun amal yang kita perbuat tidak bisa menjadikan kita ujub. Yang paling utama bukan banyaknya tapi harus benar (sesuai perintah Allah dan tuntunan Rasul) dan kedua ikhlas (tidak ada tujuan lain dalam beribadah selain Allah)
Banyak tapi tidak sesuai perintah dan tuntunan Rasul maka akan tertolak. Sesuai perintah dan tuntunan Rasul tapi tidak ikhlas juga akan tetap tertolak.
Banyak amal tapi hubungannya dengan sesama manusia tidak baik juga bisa menghalanginya masuk surga.
Dari Abu Hurairah, ia berkata, “Ada seseorang bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
ياَ رَسُوْلَ اللهِ ! إِنَّ فُلاَنَةَ تَقُوْمُ اللَّيْلَ وَتَصُوْمُ النَّهَارَ. وَتَفْعَلُ. وَتَصَدَّقُ. وَتُؤْذِيْ جِيْرَانَهَا بِلِسَانِهَا.
“Wahai Rasulullah, si fulanah sering melaksanakan shalat di tengah malam dan berpuasa sunnah di siang hari. Dia juga berbuat baik dan bersedekah, tetapi lidahnya sering mengganggu tetangganya.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
لاَ خَيْرَ فِيْهَا. هِيَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ
“Tidak ada kebaikan di dalam dirinya dan dia adalah penduduk neraka.”
Para sahabat lalu berkata,
وَفُلاَنَةُ تُصَلِّي الْمَكْتُوْبَةَ. وَتُصْدِقُ بِأَثْوَارٍ . وَلاَ تُؤْذِي أَحَداً.
“Terdapat wanita lain. Dia (hanya) melakukan shalat fardhu dan bersedekah dengan gandum, namun ia tidak mengganggu tetangganya.”
Lantas beliau bersabda,
هِيَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ
“Dia adalah dari penduduk surga.” Dirwiayatkan dalam Ashahihah.
Maka tidaklah kita berhenti untuk selalu memanjatkan doa. Meski sudah banyak beramal mintalah ridha dan surga kepada-Nya dengan penuh harap dan rasa takut.
Dalam riwayat Muslim dikisahkan bahwa Aisyah radhiyallahu ‘anha bersaksi, “Aku kehilangan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada suatu malam, maka aku mencarinya. Aku meraba-raba ternyata beliau sedang rukuk—atau sujud—beliau mengucapkan,
سُبْحَانَكَ وَبِحَمْدِكَ ، لاَ إلهَ إِلاَّ أَنْتَ
‘Mahasuci Engkau dan dengan memuji-Mu, tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Engkau’
”Sementara dalam riwayat lain disebutkan, “Maka tanganku (‘Aisyah) mengenai telapak kakinya saat beliau sedang sujud dengan posisi telapak kaki tertancap, beliau sambil mengucapkan,
للَّهُمَّ إنِّي أَعُوذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ ، وَبِمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوبَتِكَ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْكَ، لاَ أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ أنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ
‘Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung dengan ridha-Mu dari murka-Mu, dengan maaf-Mu dari hukuman-Mu, dan aku berlindung kepada-Mu dari-Mu, aku tidak dapat menghitung sanjungan untuk-Mu, sebagaimana Engkau menyanjung diri-Mu sendiri’”
Sumedang, 26 Ramadan 1443 H
Tinggalkan Komentar