Sungguh ada dua keberuntungan pada umatnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Pertama, meskipun lahirnya belakangan bila dibandingkan dengan umat-umat Nabi lainnya tetapi di akhirat kelak akan dihisab pada urutan yang pertama.
“Kami adalah yang lain.” Tulis Ibnu Hajar dalam “Fathul Bari”. “Yaitu yang terakhir dalam waktu, yang pertama dalam peringkat. Yang dimaksud adalah, bahwa umat ini, meskipun keberadaannya di dunia ini lebih lambat dari umat sebelumnya, namun mereka adalah yang pertama. Maksudnya adalah yang pertama dalam hisab.
Ucapan Ibnu Hajar di atas adalah penegasan atas hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah berikut,
“Kami adalah yang terakhir dan kami adalah para pendahulu di hari Kiamat, tetapi setiap umat diberikan Kitab sebelum kami, dan kami diberikan setelah mereka. Kemudian hari ini, yaitu Jumat, yang Allah tetapkan didalamnya untuk memberi hidayah kepada Muhammad, dan manusia akan mengikutinya, Yahudi besak dan Nasrani seteleh esok. “ Demikian ditulis dalam shahih Bukhari dan Muslim.
Rasulullah juga bersabda dalam hadits lainnya, “Kami adalah orang-orang yang terakhir di dunia ini, dan yang pertama pada Hari Kebangkitan akan dihakimi untuk mereka sebelum makhluk lainnya.” Demikian Muslim meriwayatkan dari Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu.
Sementara itu Ibnu Majah meriwayatkan hadits Nabi dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu berikut,
“Kami adalah umat akhir zaman, dan yang pertama dimintai pertanggungjawaban. Akan dikatakan, “”Di mana bangsa yang buta huruf dan nabinya? Kami adalah yang terakhir dan pertama.”
Jadi umat Nabi Muhammad yang diduhuli oleh baginda Nabi tidak akan terlalu lama berada di waiting room ketika masa penghisaban dari Allah. Semoga kita bukan hanya sekadar dihisab yang pertama tetapi juga masuk surga pada urutan pertama bersama Nabi tercinta Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dengan panggilan yang didamkan setiap insan yang beriman,
يٰٓاَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَىِٕنَّةُۙ ارْجِعِيْٓ اِلٰى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً ۚ فَادْخُلِيْ فِيْ عِبٰدِيْۙ وَادْخُلِيْ جَنَّتِيْ
“Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Rabb-mu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Kemudian masuklah ke dalam (jamaah) hamba-hamba-Ku, Dan masuklah ke dalam surga-Ku!” (QS. Al-Fajr: 27-30).
Kedua, keberuntungan dalam lipatan pahala. Meski usianya pendek-pendek tetapi umat Nabi Muhammad banyak diberikan fasilitas amal-amal yang ringan namun menuai pahala yang berlipat-lipat.
“Umur-umur umatku antara 60 hingga 70 tahu. Sabda Nabi dalam riwayat Ibnu Majah. “dan sedikit orang yang bisa melampui umur tersebut”. Lanjutnya.
Tetapi amalan-amalanya bernilai pahala yang berlipat ganda seolah-olah hidup dalam kurun waktu yang lama.
Pertama, yaitu membaca Al-Qur’an.
“Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Siapa yang membaca satu huruf dari Al Quran maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan الم satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf.” Demikian At-tirmidzi meriwayatkan.
Kedua amalan sedekah. Amalan ini diganjar dengan lipatannya berkali-kali.
مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. Al-Baqarah: 261)
Sementara itu Abu Hurairoh radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan Nabi, “Barangsiapa bersedekah satu biji kurma dengan syarat dari harta yang halal bukan dari harta yang haram karena Allah subhanahu wa ta’ala, maka Allah SWT akan memelihara sedekah itu sebagaimana kalian melihat anak kuda kalian sehingga sedekah itu akan menjadi besar seperti gunung.”
Ketiga, Dzikrullah diantaranya dengan membaca subhanallah wabuhamdihi subhanallahil adzim.
كَلِمَتَانِ خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ ، ثَقِيلَتَانِ فِى الْمِيزَانِ ، حَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ ، سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ
“Dua kalimat yang ringan di lisan, namun berat ditimbangan, dan disukai Ar Rahman yaitu “Subhanallah wa bi hamdih, subhanallahil ‘azhim” (Maha Suci Allah dan segala puji bagi-Nya. Maha Suci Allah Yang Maha Agung). Demikian diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah.
Keempat, shalat sunah qabla subuh. Amalan ini berpahala lebih baik dari dunia dan isinya.
رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا
“Dua raka’at fajar (salat sunah qabliyah subuh) lebih baik daripada dunia dan seisinya.” Sabda Nabi dalam riwayat Muslim.
Kelima, ibadah malam lailatul qadar. Setiap amalan yang diterima di malam ini akan dinilai 1000 bulan atau setara dengan 1000 bulan atau 83,33 tahun. Itupun hanya untuk satu ramadan.
إِنَّآ أَنزَلْنَٰهُ فِى لَيْلَةِ ٱلْقَدْرِ .لَيْلَةُ ٱلْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ . وَمَآ أَدْرَىٰكَ مَا لَيْلَةُ ٱلْقَدْرِ .لَيْلَةُ ٱلْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ . سَلَٰمٌ هِىَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ ٱلْفَجْرِ
“Sesungguhnya Kami menurunkan Al-Qur’an pada malam Lailatul Qadar, tahukah engkau apakah malam Lailatul Qadar itu ? Malam Lailatul Qadar itu lebih baik dari seribu bulan, pada malam itu turunlah melaikat-malaikat dan Jibril dengan izin Allah Tuhan mereka (untuk membawa) segala usrusan, selamatlah malam itu hingga terbit fajar” (Al-Qadar : 1-5)
Juga ada berkah dan ampunan Allah di malam ini bagi hamba-hambanya yang beribadah atas dasar iman dan dilakukan dengan ihtisab.
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ
“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.” (QS. Ad Dukhon: 3).
Dalam riwayat Bukhari Rasulullah bersabda,
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa melaksanakan shalat pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.”
Keenam, berpuasa ramadan dan berpuasa enam hari di bulan Syawal dihitung berpuasa sepanjang tahun.
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْر
“Barang siapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka baginya (pahala) puasa selama setahun penuh.” Diriwayatkan oleh Muslim.
Ketujuh, berlipatnya pahala segala kebaikan di bulan Ramadan.
نَوْمُ الصَّائِمِ عِبَادَةٌ وَصُمْتُهُ تَسْبِيْحٌ وَعَمَلُهُ مُضَاعَفٌ وَدُعَاؤُهُ مُسْتَجَابٌ وَذَنْبُهُ مَغْفُوْرٌ
“Tidurnya orang puasa adalah ibadah, diamnya adalah tasbih, amal ibadahnya dilipatgandakan, doanya dikabulkan, dan dosanya diampuni” Demikian Al-Baihaqi meriwayatkan sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Begitu banyak amal-amal shalih yang nilainya berlipat ganda. Terlebih jika dilakukan di Bulan Ramadan, tentu pahalanya akan semakin berlipat-lipat.
Sumedang, 12 Ramadan 1443 H
Tinggalkan Komentar