Agama muncul ke dunia bukan tanpa alasan dan tujuan. Manusia memaknai agama sebagai tuntunan hidup dengan cara pandang mereka sendiri untuk mencapai kebahagiaan yang sejati. Agama di dunia setuju dan sepakat bahwa manusia harus berbuat baik, itu sudah mutlak dan wajib bagi seluruh umat manusia di dunia. Dalam hal ini makna kebaikan dan hakikat tujuan hidup memiliki arah pandangan yang berbeda-beda. Setiap manusia memiliki perspektif yang berbeda mengenai hal ini dan menjadi salah satu faktor utama mengapa agama sebagai landasan hidup memiliki keragaman namun dengan hakikat yang sama. Tidak ada agama yang tidak baik, tidak ada agama yang mengajarkan kejahatan dan kerusakan di muka bumi.
Cara menerima dan memaknai setiap manusia yang menjadikan agama berbeda di seluruh penjuru dunia. Kemampuan intelektual yang telah dianugerahkan untuk mencoba mencari dan memikirkan bahwa apa sebenarnya dari tujuan hidup? Bagaimana kita bisa hidup bahagia? Ada apa setelah kita telah melewati kehidupan di dunia dan seperti apa kondisi dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan atau gagasan yang timbul mengapa pada akhirnya agama harus ada dan kompleks pertanyaan lainnya.
Dua perspektif atau dua pandangan mengenai asal-usul agama ini secara ringkas dapat diambil dari sudut padang Islam dan humanis dengan maksud hanya berusaha mendeskripsikan pemikiran manusia tentang keyakinan mereka terhadap Tuhan tanpa maksud berusaha membanding-bandingkan apalagi mencari sejarah yang paling benar karena makna kebenaranpun sejatinya berasal dari kebenaran manusia itu sendiri dalam meyakini makna kebenaran itu sendiri dan kita tidak bisa menghakimi perspektif kebenaran yang berbeda-beda tersebut. Namun dari hal ini kita bisa melihat keyakinan-keyakinan manusia yang begitu beragam tentang keberadaan Tuhan dan posisi Tuhan dalam hidup setiap manusia di bumi ini dengan intisari menghargai perbedaan keyakinan akan Tuhan meskipun dalam diri masing-masing prinsip kebenaran itu sudah tertanam dan menjadi pedoman hidup.
Garis Besar Konsep Agama
Mengenai asal-usul agama dan bagaimana agama bisa terbentuk secara konsep garis besar (umum) agama terbentuk dari sebuah landasan pemikiran manusia yang berbeda-beda yang menyebabkan sejarahnya pun berbeda-beda, subjektif dan berfokus kepada hal-hal atau pembahasan tertentu yang sesuai dengan jalan pikiran masing-masing manusia. Saat ini agama-agama yang ada yang tersebar meluas di seluruh dunia merupakan agama atau kepercayaan yang menjadi identitas sebagian orang di dunia saat ini. Namun kita tidak bisa pungkiri juga jikalau telah muncul dan berkembangnya di zaman sekarang agama dan kepercayaan baru seiring berjalannya waktu dan seiring berkembangnya pemikiran manusia tentang hakikat Tuhan.
Sebenarnya mengenai asal-usul atau awal adanya agama bisa ada di dunia, pada beberapa atau agama tertentu yang dipercayai saat ini, agama- agama di dunia mempunyai satu induk sejarah yang sama. Namun seiring berkembangnya pemikiran manusia dari zaman ke zaman pada akhirnya setiap agama mempunyai sejarahnya tersendiri. Seperti agama Hindu dengan Budha yang memiliki induk sejarah yang sama namun pada akhirnya agama Budha mempunyai sejarahnya tersendiri karena ada beberapa kontra dan hal yang tidak bisa disamakan lagi dengan prinsip ajaran Hindu dan agama-agama lainnya. Dari hal tersebut muncul sebuah pertanyaan, apakah seluruh agama yang ada di dunia ini bisa di satu garis sejarahkan agar tidak menimbulkan pandangan berbeda dan saling menjatuhkan? Jawabannya tidak akan pernah bisa. Mengapa? Karena pada hakikatnya pemikiran dan perspektif manusia tidak bisa dipaksakan untuk disamakan dengan pemikiran dan perspektif lainnya.
Agama dari Perspektif Humanis
Dari penjelasan tersebut dapat diuraikan pada pemahaman prinsip hidup dan keyakinan yang tidak bisa dipaksakan sepihak dan sewenang-wenang pada ranah yang bisa dibilang cukup sensitif ini dan inilah pemikiran agama menurut pemikiran humanis yang mengedepankan kebebasan hidup dan berpikir bahkan itu dalam aspek keyakinan akan Tuhan. Muhsin Albantani dalam tulisannya yang berjudul Agama dan Humanisme (2018) menyebutkan bahwa humanisme membela kebebasan dalam merancang sendiri tatanan kehidupannya dan memandang pemuka agama merupakan tantangan dan rintangan bagi mereka. Maksud dari ini bukan berarti agama menjadi penghalang mereka namun memang pada era perkembangan awal humanis para pemuka agama gereja saat itu sangat mengekang garis hidup setiap orangnya dengan ‘embel-embel’ ajaran Tuhan yang perlu diikuti sepanjang hayat. Namun memang pada kenyataan pemikiran manusia tidak bisa dikekang ataupun dibatasi, kita bisa mendeskripsikan pada akhirnya seperti apa bentuk cara pandang kita pada sejarah agama yang kita yakini selama ini, lalu secara tidak langsung pemahaman masing-masing tersebut akan menemukan satu induk pemikiran yang selebihnya dikembalikan oleh masing-masing individu seperti apa sebenarnya asal-usul agama mereka. Keyakinan manusia terhadap Tuhan dan segala bentuk ciptaan di alam semesta ini membuat manusia berusaha sejak dahulu untuk menemukan jati diri dan asal mereka di dunia ini dan sedasar-dasarnya sebuah pemikiran manusia, manusia tentunya memikirkan dari mana mereka bisa ada di dunia, bagaimana bumi yang mereka tempati bisa terbentuk, bagaimana pepohonan bisa mengeluarkan buah bunga dan sebagainya? Hal ini menjadikan interpretasi ‘Tuhan’ berbeda dan keterlibatan ‘Tuhan’ dalam semua penciptaan dan urusan alam semesta yang secara tidak langsung melahirkan sejarah dari sebuah keyakinan Tuhan dengan menanamkan pedoman hidup yang secara harfiah adalah agama.
Agama dari Perspektif Islam
Jika kita melihat dari perspektif Islam tentang asal-usul agama, agama berasal dari Allah sejak Dia menciptakan segala yang ada dilangit dan dibumi milyaran atau bahkan pada batas waktu awal yang tidak terhingga oleh pemikiran manusia. Agama Allah sudah ada dan syariat-Nya mulai berlaku sejak nabi Adam manusia pertama diciptakan dan kemudian turun ke bumi. Imam Ibnu Hajar dalam artikelnya yang berjudul Sejarah Agama dalam al-Qur’an; Dari Sederhana Menuju Sempurna (2014) menjelaskan bahwa bahwa peran Nabi atau utusan Tuhan sangat berpengaruh pada perkembangan agama di dunia. Syariat Allah dibawa oleh para nabi dari berbagai rentang zaman pada akhirnya sampai pada nabi yang dipercayai oleh agama Islam sebagai nabi dan rasul akhir zaman penyempurna ajaran islam keseluruhan di muka bumi yaitu Nabi Muhammad saw,. Dari beliaulah ajaran hakikat islam disempunakan dan menyebar ke seluruh dunia hingga saat ini menjadi agama dengan pemeluk terbanyak di dunia. Jadi dapat disimpulkan bahwa menurut perspektif Islam agama sudah ada sejak alam semesta dan manusia pertama diciptakan yaitu nabi Adam sebagai manusia pertama di muka bumi dengan membawa dan mengajarkan syariat-syariat Islam yang Allah berikan kepada setiap nabi dari berbagai zaman sampai pada nabi penyempurna Nabi Muhammad saw,. Ajaran Islam begitu detail dan sempurna menjelaskan dan mengajarkan unsur-unsur kehidupan di dunia dan setelahnya pada setiap manusia yang mempercayai ajaran Allah tersebut. Al-Qur’an yang murni dan terjaga keasliannya dari sejak diturunkannya kurang lebih 14 abad yang lalu sampai sekarang menjadikan agama Islam merupakan agama penyempurna ajaan hidup manusia di dunia maupun setelahnya.
Imam Ibnu Hajar pun menyebutkan juga bahwa secara historis, al-Qur’an menceritakan dengan cukup terperinci bagaimana proses dakwah nabi dari berbagai rentang zaman dalam mengajak kaumnya untuk menyembah kepada Tuhan yang Esa (tauhid). Dimulai dari Nabi Nuh. Ia mendapati kaumnya telah menyembah berhala Maka berkatalah Nuh kepada mereka: “Sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya”. Nabi Nuh dalam mengajak kaumnya untuk menyembah Allah yang Esa tidak dengan argumen yang panjang. Deskripsi sederhana tentang tauhid semacam itulah yang diceritakan dalam al-Qur’an tentang tata cara dakwah Nabi Nuh AS kepada kaumnya sampai pada nabi-nabi setelahnya dan nabi terakhir Nabi Muhammad saw,. Dari ajaran para nabi ini dalam menurut perspektif Islam di dunia ini memunculkan berbagai bentuk hasil pemikiran manusia yang beragam tentang ajaran yang disampaikan oleh para nabi tersebut. Pada hakikatnya para nabi dari mulai Nabi Adam dan sampai sebelum Nabi Muhammad saw,. itu mengajak dan mengajarkan kepada seluruh umat manusia dimuka bumi untuk menyembah Tuhan yang Maha Kuasa Allah swt., namun kenyataannya banyak terjadi penyimpangan kitab-kitab pedoman yang telah Allah turunkan kepada para nabi kepada umat manusia dan pada akhirnya memunculkan pemahaman agama yang melenceng dari ajaran para nabi dan akhirnya lahir-lahir ajaran yang saat ini kita kenal seperti Yahudi dan Nasrani dan ajaran lainnya. Umat Islam meyakini perjalanan ajaran Allah seperti itu sesuai yang tertuang dalam Al-Qur’an Ali Imran ayat 67 yang menjelaskan bahwa Nabi Ibrahim bukanlah Yahudi dan Nasrani melainkan seorang Muslim, seseorang yang lurus menegakkan ajaran Allah. Dan begitulah Islam menjelaskan perkembangan mengapa pada akhirnya agama atau risalah ini beragam diseluruh dunia saat ini.
Kesimpulan
Kesimpulannya, baik itu perspektif humanis dan Islam, agama mengajarkan kita pada bentuk keyakinan dan pengabdian penuh kepada Tuhan, kita tidak bisa menghakimi sejarah agama mana yang paling benar karena jika hanya memperdebatkan tentang hal ini itu malah akan menjadi pertikaian antara umat beragama di dunia yang tidak akan berkehabisan karena hakikat manusia yang selalu ingin mengunggulkan pemikirannya dengan manusia yang lain dan terus seperti itu. Yang pasti seluruh agama dan ajaran apapun mengajarkan pada kebaikan dan kebenaran terlepas dari perbedaan makna kebaikan dan kebenaran dari setiap perspektif ajaran itu sendiri. Menjalankan segala bentuk perintah Tuhan dan menjauhi larangan-Nya serta mengagungkan Tuhan sebagai sebaik-baiknya tempat mengadu dan berlindung menjadi keyakinan mutlak kita tentang keberadaan dan pengaruh adanya Tuhan terhadap kehidupan umat manusia di dunia dan bahkan pada kehidupan setelahnya yang begitu besar dan berharga.
Tinggalkan Komentar